Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), Salamudin Daeng, menilai langkah PT Indonesia Power, subholding PT PLN (Persero) dalam mengembangkan Hydrogen Refueling Station (HRS) sebagai tonggak portofolio baru dalam sektor otomotif yang berfokus pada energi baru dan terbarukan.
“Dengan pengembangan Hydrogen Refueling Station, ini membuktikan bahwa sejarah baru telah diukir Indonesia dalam mencapai langkah mewujudkan net zero emission (NZE) pada sektor otomotif,” ujar Salamudin Daeng di Jakarta pada Selasa.
Menurutnya, PT PLN Indonesia Power telah menunjukkan komitmen korporasi yang kuat dalam mendukung target pemerintah menuju Net Zero Emission 2060 dengan mengadopsi penggunaan energi bersih. Langkah ini juga mencerminkan komitmen PT PLN Persero dan subholdingnya, PT PLN Indonesia Power, dalam melaksanakan transisi dari energi fosil menuju energi bersih.
Salamudin menambahkan bahwa pengembangan HRS tidak hanya terfokus pada sektor pembangkitan energi, melainkan juga pada kendaraan. PLN Indonesia Power kini terlibat dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik berbahan bakar hidrogen.
Saat ini, potensi hidrogen yang dihasilkan dari HRS dapat mencapai 128 ton per tahun, setara dengan konsumsi energi untuk 450 unit mobil per tahun. Pusat Hidrogen yang dimiliki oleh PLN diharapkan dapat mempercepat penelitian dan pengembangan menuju energi hijau dan bersih.
HRS merupakan implementasi dari Green Hydrogen Plant (GHP), yang mendaur ulang residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
“HRS sebagai ekosistem kendaraan listrik ini akan dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Hydrogen Refueling Station diresmikan pada 21 Februari 2024 di Senayan, dengan fasilitas charger electric vehicle berbasis hidrogen dan Hydrogen Center sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia. Penggunaan HRS diperkirakan dapat mengurangi impor sekitar 1,59 juta liter bahan bakar minyak (BBM) per tahun, dengan penurunan emisi sebesar 4,15 juta kilogram per tahun.
Komentar