Medan, HarianBatakpos.com – Nilai tukar rupiah menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Pada hari ini, Selasa (20/8/2024), pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen dari China.
Melansir data Refinitiv, rupiah kembali menguat terhadap dolar AS pada penutupan kemarin, Senin (19/8/2024), sebesar 0,89% ke angka Rp15.545/US$. Penguatan ini mengantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama tujuh bulan terakhir, sejak 9 Januari 2024. Kenaikan nilai tukar rupiah ini mencerminkan respons positif pasar terhadap reshuffle kabinet dan sentimen global.
Apresiasi nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini tidak lepas dari sentimen domestik terkait reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo. Jokowi melantik menteri dan wakil menteri baru beserta kepala lembaga negara pada pagi hari kemarin. Perubahan signifikan ini termasuk penggantian Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) dari Yasonna Laoly, seorang politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dengan Supratman Andi Agtas dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Reshuffle kabinet ini menggantikan posisi menteri yang dekat dengan PDIP dan Megawati, seperti Yasonna dan Arifin, dengan individu yang lebih dekat dengan Prabowo dan Jokowi. Hal ini menunjukkan pergeseran politik dalam pemerintahan yang mungkin memengaruhi dinamika pasar.
Di sisi lain, sentimen dari China juga berpotensi memengaruhi pasar keuangan domestik. Bank Rakyat China (PBoC) akan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (LPR) satu tahun dan lima tahun pada Selasa (20/8/2024). Sebelumnya, China telah menurunkan acuan suku bunga pinjaman setelah pemangkasan mengejutkan oleh PBoC, dengan LPR satu tahun diturunkan sebesar 10 basis poin menjadi 3,35% dari 3,45%, sementara LPR lima tahun juga dikurangi menjadi 3,85% dari 3,95%. Pengumuman ini berpotensi memengaruhi sentimen investor global.
Di dalam negeri, pelaku pasar akan terus memantau langkah Bank Indonesia (BI) yang akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa dan Rabu pekan ini. Salah satu yang paling dinantikan adalah pernyataan BI mengenai kebijakan moneter ke depan. Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), sudah mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada September mendatang, dan BI diperkirakan akan mengikuti jejak tersebut. BI sebelumnya telah menaikkan suku bunga sebesar 275 bps dari 3,5% pada Agustus 2022 menjadi 6,25% saat ini. Pemangkasan suku bunga diharapkan dapat mendongkrak kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BI juga akan memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate untuk periode Agustus 2024. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI sebelumnya pada 16-17 Juli 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada 6,25%, suku bunga Deposit Facility pada 5,50%, dan suku bunga Lending Facility pada 7,00%. Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability untuk menjaga inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah terhadap dolar AS menunjukkan tren penguatan yang solid. Jika tren ini berlanjut, rupiah berpotensi menguji support terdekat di Rp15.400/US$, yang merupakan level psikologis serta dekat dengan garis horizontal dari low candle intraday pada 29 Desember 2023. Di sisi lain, resistance atau posisi pelemahan yang patut diantisipasi berada di Rp15.585/US$, berdasarkan high candle intraday perdagangan kemarin, Senin (19/8/2024). (BP/MADA)
Komentar