Jakarta, HarianBatakpos.com – Rupiah terus menunjukkan tren penguatan signifikan setelah sempat melambung ke level tertinggi tahun ini di Rp16.445 per Dolar AS pada 21 Juni 2024. Pada Rabu, 21 Agustus 2024, pukul 1.12 WIB, Rupiah bergerak di level Rp15.434 per Dolar AS. Pertanyaan utama yang muncul adalah, bagaimana dampak penguatan Rupiah ini bagi pengusaha, terutama eksportir nasional? Apakah posisi Dolar AS di kisaran Rp15.400 ini adalah level yang ideal?
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno, menyatakan bahwa penguatan Rupiah yang terjadi tidak serta merta memberikan keuntungan bagi pengusaha. Menurut Benny, pelaku usaha, khususnya eksportir, harus melakukan penyesuaian dalam biaya produksi mereka, meskipun penguatan Rupiah terhadap Dolar AS terlihat signifikan. “Berapapun level kurs Rupiah terhadap Dolar AS, eksportir akan melakukan adjustment dalam biaya produksinya. Namun, windfall dari pelemahan Dolar AS terhadap Rupiah tidak bisa kita dapatkan,” ungkapnya dilangsir CNBC Indonesia, Rabu (21/8/2024).
Dampak lain dari penguatan Rupiah ini, lanjut Benny, adalah kenaikan biaya-biaya yang harus dihadapi oleh pelaku usaha. “Pendapatan dalam Dolar AS memang tetap, namun untuk menutup biaya yang dalam komponen Rupiah, ada kenaikan sekitar 5% dibandingkan tahun 2022-2023,” jelas Benny. Dia juga menambahkan bahwa biaya dalam komponen Rupiah, seperti biaya karyawan, logistik dalam negeri, dan bunga bank, terus mengalami kenaikan tahunan.
Sebagai catatan, berdasarkan data dari Refinitiv, Rupiah terpantau menguat signifikan selama 7 hari berturut-turut sejak 31 Juli 2024. Meskipun pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (9/8/2024), Rupiah melemah 0,19% ke angka Rp15.920/US$, namun dalam sepekan, Rupiah tetap mencatatkan kenaikan sebesar 1,7%. Penguatan ini memperpanjang tren positif Rupiah yang juga menguat hampir 0,6% pada pekan sebelumnya.
Ada tiga faktor utama yang mendukung penguatan Rupiah ini. Pertama, dari luar negeri, khususnya AS, muncul kekhawatiran tentang potensi resesi yang berdampak pada melemahnya indeks Dolar AS (DXY), memberikan angin segar bagi Rupiah. Kedua, carry trade yang terjadi pada Yen Jepang juga berpengaruh signifikan. Ketiga, dari sisi domestik, data cadangan devisa Indonesia periode Juli 2024 yang dirilis oleh Bank Indonesia disambut positif oleh pelaku pasar, semakin menguatkan posisi Rupiah di pasar valuta asing.
Penguatan Rupiah yang konsisten ini membawa tantangan tersendiri bagi eksportir nasional, yang harus terus beradaptasi dengan fluktuasi kurs dan biaya produksi yang semakin meningkat. Bagaimana ke depan Rupiah akan bergerak dan dampaknya terhadap sektor ekonomi lainnya, terutama eksportir, akan menjadi perhatian utama pelaku usaha dan pengamat ekonomi.
Komentar