Udhiyah, atau qurban, adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dilakukan pada hari Idul Adha, ibadah ini memiliki banyak landasan baik dari Al-Quran maupun Sunnah. Artikel ini akan menguraikan pensyariatan, keutamaan, dan hikmah di balik ibadah udhiyah, yang telah menjadi tradisi penting dalam kehidupan umat Islam.
Pensyariatan Udhiyah: Landasan Dalil dan Sunnah
Pensyariatan udhiyah didasarkan pada sejumlah dalil dari Al-Quran dan Sunnah. Salah satu dalil utama dari Al-Quran adalah ayat:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ “Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al-Kautsar: 2). Tafsiran ayat ini, menurut ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas, adalah perintah untuk berqurban pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr) . Tafsiran ini juga didukung oleh pandangan Atha’, Mujahid, dan mayoritas ulama.
Dari hadits, terdapat riwayat dari Anas bin Malik yang menyatakan:
ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا قَالَ وَسَمَّى وَكَبَّرَ
“Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhari no. 5558 dan Muslim no. 1966).
Kesepakatan para ulama (ijma’) mengenai pensyariatan udhiyah menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini dalam kehidupan umat Islam . Udhiyah mulai disyari’atkan pada tahun 2 Hijriyah, bersamaan dengan disyari’atkannya shalat Idul Fitri dan Idul Adha, serta zakat maal .
Keutamaan Udhiyah: Nilai Ibadah dan Pengorbanan
Tak diragukan lagi, udhiyah adalah ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Kaum muslimin sejak masa Rasulullah hingga kini terus melestarikan ibadah ini. Meskipun banyak hadits yang membicarakan keutamaan udhiyah, sebagian besar hadits tersebut berstatus dha’if (lemah) .
Beberapa hadits dha’if yang sering dikutip terkait keutamaan udhiyah antara lain:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”
(HR. Ibnu Majah no. 3126 dan Tirmidzi no. 1493. Hadits ini adalah hadits yang dha’if kata Syaikh Al-Albani).
عَنْ أَبِى دَاوُدَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الأَضَاحِىُّ قَالَ « سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ». قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ ». قَالُوا فَالصُّوفُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوفِ حَسَنَةٌ ».
Dari Abu Daud dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?” beliau bersabda: “Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah no. 3127. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini dha’if jiddan).
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Selain sebagai bentuk ibadah, qurban memiliki beberapa hikmah yang mendalam bagi kehidupan seorang muslim:
- Bersyukur kepada Allah atas Nikmat Kehidupan: Dengan berqurban, seorang muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang telah Allah berikan.
- Menghidupkan Ajaran Nabi Ibrahim AS: Menyembelih qurban adalah upaya menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail AS, sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang ketaatan dan pengorbanan dalam menjalankan perintah Allah.
- Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail AS: Kisah kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail AS dalam menjalankan perintah Allah mengajarkan umat Islam untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan mendahulukan cinta kepada-Nya di atas segala-galanya.
- Ibadah Qurban Lebih Baik daripada Sedekah: Ibnul Qayyim berpendapat bahwa penyembelihan hewan qurban pada waktu yang telah ditentukan lebih utama daripada sekadar bersedekah dengan uang yang senilai dengan harga hewan qurban. Hal ini menunjukkan pentingnya mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam menjalankan ibadah qurban.
Kesimpulan
Udhiyah adalah ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki banyak hikmah serta manfaat bagi yang melaksanakannya. Meskipun terdapat hadits-hadits dha’if yang membicarakan keutamaan udhiyah, esensi dari ibadah ini tetaplah penting dalam menunjukkan ketaatan dan rasa syukur kepada Allah. Dengan memahami pensyariatan, keutamaan, dan hikmah di balik udhiyah, umat Islam dapat menjalankan ibadah ini dengan lebih penuh kesadaran dan kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Komentar