Ekbis
Beranda » Berita » Penurunan Suku Bunga The Fed Terhambat oleh Besarnya Defisit AS

Penurunan Suku Bunga The Fed Terhambat oleh Besarnya Defisit AS

Penurunan Suku Bunga The Fed Terhambat oleh Besarnya Defisit AS

Ekonom senior, Chatib Basri, mengungkapkan bahwa meskipun ada peluang bagi Federal Reserve atau The Fed untuk menurunkan suku bunga dua hingga tiga kali lipat pada paruh kedua 2024, defisit Amerika Serikat (AS) masih menjadi tantangan utama. Hal ini disampaikan oleh Chatib Basri dalam kegiatan IIF’s Anniversary Dialogue bertema “The Dynamics of Sustainable Infrastructure Financing and Its Roles in Achieving Food Security” di Jakarta, Senin.

Menurutnya, defisit yang masih besar di AS akan memicu kebutuhan penerbitan obligasi yang cukup signifikan. Dia juga menilai bahwa peluang terjadinya resesi di AS pada tahun ini semakin kecil karena adanya potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di negara tersebut.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), memperkirakan bahwa suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) akan turun sebanyak tiga kali hingga mencapai 75 basis poin pada 2024, dimulai pada paruh kedua 2024. Perkiraan ini didasarkan pada penilaian kondisi ekonomi AS, pasar tenaga kerja, inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) inti AS, serta pernyataan resmi dari Federal Open Market Committee (FOMC).

Produksi Beras Indonesia Tembus Rekor, Bukti Kuat Ketahanan Pangan Nasional

Perry juga menyatakan bahwa pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan FFR yang lebih cepat di penghujung triwulan II-2024. Namun, karena masih terdapat ketidakpastian terkait waktu dan besarnya penurunan suku bunga FFR, volatilitas sentimen pasar masih dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Dalam konteks ini, Perry Warjiyo menegaskan bahwa tren pergerakan nilai tukar rupiah ke depan akan dipengaruhi oleh kondisi gejolak global, arus masuk portofolio yang semakin besar, serta konsistensi kebijakan Bank Indonesia yang pro-stabilitas, pro-pertumbuhan, dan kebijakan makroprudensial serta sistem pembayaran yang tetap pro-pertumbuhan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *