Teguh Kurniawan Harmanda, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), menilai penurunan volume transaksi kripto di Indonesia sebagai dampak dari situasi makroekonomi global yang kurang baik sepanjang tahun 2023. Situasi ini menciptakan efek domino yang turut mempengaruhi pasar kripto di Indonesia.
“Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat situasi crypto winter bisa terjadi,” kata Teguh Kurniawan Harmanda, atau yang akrab disapa Manda, dalam keterangan resmi yang diterima pada Jumat.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kemendag mencatat bahwa total nilai transaksi kripto di dalam negeri pada Januari-Desember 2023 mencapai Rp249,3 triliun, mengalami penurunan sebesar 56,35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada 2021, total nilai transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia mencapai Rp859,5 triliun. Meskipun terjadi penurunan signifikan, Manda mencatat bahwa jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Per Januari 2024, Indonesia memiliki 16,1 juta pelanggan aset kripto, dengan pertambahan rata-rata 725 ribu pelanggan terdaftar setiap bulan.
“Artinya jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan,” ujar Manda.
Menurutnya, lesunya pasar kripto juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), yang mengakibatkan kurangnya antusiasme investor. AS sendiri memiliki volume perdagangan Bitcoin terbanyak di bursa berdasarkan data Statista.
Kenaikan suku bunga oleh The Fed untuk menekan inflasi di AS dikhawatirkan dapat mengancam pasar kripto. Kenaikan harga kebutuhan pokok juga membuat investor lebih hati-hati, memilih untuk menunggu momen yang tepat sebelum kembali masuk ke pasar kripto, terutama ketika situasi makroekonomi sudah stabil.
“Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat investor untuk wait and see. Ini yang mulai terasa di Indonesia, investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke pasar kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil,” jelas Manda.
Komentar