Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Armand W Hartono, menyoroti peran penting dunia usaha dalam menutup kesenjangan antara kualitas lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam pandangannya, menutup kesenjangan ini memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, bukan hanya perubahan dalam kurikulum pendidikan.
“Kalau bicara bagaimana menutup kesenjangan, maka harus dari semua sisi. Tidak hanya dari sisi kurikulum, karena tidak ada kurikulum yang sempurna,” ujarnya di Jakarta, Kamis.
Armand menambahkan bahwa industri dan perusahaan-perusahaan juga harus turut berperan dalam menutup kesenjangan dengan menyediakan berbagai bentuk dukungan, seperti beasiswa, pelatihan, dan kerja sama dengan perguruan tinggi. Dia mencontohkan di BCA, perusahaan ini menerapkan prinsip bahwa perusahaan harus proaktif berkolaborasi dengan universitas dan SMA untuk menyiapkan calon pegawai.
Selain itu, Armand menyatakan bahwa pendidikan juga perlu menekankan pengembangan karakter dan nilai budaya, sehingga setiap individu dapat bertanggung jawab, proaktif, dan mandiri.
Ketua Komisi Tetap Pendidikan Dasar dan Menengah KADIN, yang juga CEO HighScope Indonesia Institute, Antarina SF Amir, mengakui bahwa perubahan sistem pendidikan adalah kunci untuk menutup kesenjangan tersebut.
“Sistem pendidikan saat ini belum mengikuti perubahan dan perkembangan dunia. Kita masih menggunakan sistem yang sama sejak 100 tahun yang lalu. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan menekankan pada pengembangan keterampilan hidup esensial yang dilakukan terencana dan sistematis,” kata Antarina.
Menurut Antarina, keterampilan hidup esensial merupakan fondasi utama bagi para siswa, yang kemudian ditunjang dengan keterampilan teknis, sehingga para siswa dapat menghadapi tantangan global. World Economic Forum (WEF) memperkirakan pada tahun 2030, beberapa keahlian yang dibutuhkan termasuk dalam pengambilan keputusan.
“Akan tetapi universitas, kami para dosen, merasa para mahasiswa masih kesulitan dengan keahlian dasar, jadi mereka kesulitan menyerap pengetahuan konseptual mereka,” terang Antarina. Ia menggarisbawahi perlunya pembaruan dalam sistem pendidikan untuk lebih mendukung persiapan siswa dalam menghadapi dinamika dunia kerja yang terus berkembang.
Komentar