Di tengah sorotan publik yang tak kunjung reda terhadap kehidupan para tokoh publik, salah satu topik yang tak pernah lepas dari perbincangan adalah pendidikan anak-anak mereka, dilansiri dari Suara.com.
Dua nama yang kerap menjadi sorotan adalah Jan Ethes Srinarendra dan Rafathar Malik Ahmad, putra dari Gibran Rakabuming Raka dan Raffi Ahmad, masing-masing.
Perbincangan tentang pendidikan Jan Ethes dan Rafathar seringkali menimbulkan perbandingan yang menarik. Tidak hanya dari segi gaya hidup dan pakaian, tapi juga dari segi biaya pendidikan yang mereka terima.
Jan Ethes, putra sulung Gibran Rakabuming Raka, dikabarkan bersekolah di Focus Independent School Solo, sementara Rafathar, putra Raffi Ahmad, menempuh pendidikan di Anglo Chinese School (ACS) Jakarta.
Meskipun kedua sekolah tersebut menawarkan pendidikan yang berkualitas, namun terdapat perbedaan signifikan dalam hal biaya. Jan Ethes, yang bersekolah di sekolah lokal di Solo, biaya pendidikannya tergolong cukup terjangkau.
Meski tidak diumumkan secara detail di website resmi sekolah, perkiraan biaya bulanan untuk prasekolah mencapai sekitar Rp 900.000, sementara untuk tingkat SMP sekitar Rp 1,8 juta per bulan dengan tambahan biaya lainnya.
Di sisi lain, Rafathar, yang bersekolah di ACS Jakarta, menempuh pendidikan di salah satu sekolah internasional ternama di Indonesia. Sebagaimana reputasinya, sekolah ini menawarkan biaya masuk yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Bahkan, biaya masuk saja dapat mencapai angka fantastis, berkisar mulai dari Rp114.000.000 hingga Rp243.000.000.
Tidak hanya itu, biaya bulanan yang harus dikeluarkan oleh orang tua Rafathar juga cukup signifikan, berkisar antara Rp8.000.000 hingga Rp11.000.000.
Perbedaan biaya yang sangat jauh ini tentu menjadi perbincangan menarik di kalangan masyarakat, terutama dalam hal relevansi biaya dengan kualitas pendidikan yang diterima oleh anak-anak mereka.
Namun, di balik perbedaan biaya yang mencolok ini, ada pertanyaan yang perlu dipertimbangkan.
Apakah biaya pendidikan yang tinggi selalu berkorelasi dengan kualitas pendidikan yang lebih baik? Ataukah ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan selain sekadar biaya?
Pendidikan menjadi hak bagi setiap anak, namun pada saat yang sama, kenyataannya masih banyak anak yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas karena keterbatasan ekonomi.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan yang harus diatasi dalam memastikan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua anak di Indonesia.
Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk tidak hanya terpaku pada perbandingan biaya pendidikan, tetapi juga memperhatikan upaya-upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi semua anak, tanpa memandang status sosial atau ekonomi mereka.
Dengan demikian, perbincangan tentang pendidikan Jan Ethes dan Rafathar seharusnya tidak hanya berfokus pada perbandingan biaya, tetapi juga pada upaya-upaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua anak di Indonesia.
Komentar