Kesehatan
Beranda » Berita » Perilaku Menyimpang dan Faktor Psikologis yang Mempengaruhinya di Indonesia

Perilaku Menyimpang dan Faktor Psikologis yang Mempengaruhinya di Indonesia

Perilaku Menyimpang dan Faktor Psikologis yang Mempengaruhinya di Indonesia
Perilaku Menyimpang dan Faktor Psikologis yang Mempengaruhinya di Indonesia

Medan, HarianBatakpos.com – Perilaku menyimpang adalah tindakan yang bertentangan dengan norma sosial atau peraturan yang berlaku di masyarakat. Dalam banyak kasus, faktor psikologis memainkan peran penting dalam membentuk perilaku tersebut. Di Indonesia, perilaku menyimpang bisa dianggap subyektif dan kontekstual, karena apa yang dianggap menyimpang di satu daerah belum tentu sama di daerah lain. Oleh karena itu, penting untuk memahami perilaku menyimpang dengan melihat faktor budaya, norma, dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Secara medis, perilaku menyimpang sering kali perlu ditangani, terutama jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari dan membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti upaya bunuh diri atau mengemudi dalam keadaan mabuk. Para ahli kesehatan mental menyarankan agar orang yang menunjukkan perilaku menyimpang segera mendapatkan penanganan profesional.

Perilaku Menyimpang dalam Ilmu Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi, dua teori utama menjelaskan perilaku menyimpang. Teori hubungan diferensiasi, yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland, menyatakan bahwa perilaku menyimpang muncul setelah individu berinteraksi dengan kelompok sosial dan belajar tentang norma yang ada. Sementara itu, teori labeling dari Edwin M. Lemert menjelaskan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena proses pemberian label atau stigma yang diterima seseorang, yang kemudian memengaruhi perilaku mereka.

9 Kandungan dan Manfaat Kandungan Air Kelapa untuk Kesehatan

Contoh perilaku menyimpang dalam sosiologi adalah ketika seseorang mengikuti perilaku teman-teman yang memiliki kebiasaan serupa. Dalam hal ini, individu tersebut melakukan penyimpangan karena pengaruh lingkungan sosial.

Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Beberapa ciri-ciri perilaku menyimpang antara lain:

  1. Deviance (Penyimpangan): Perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, seperti berbicara sendiri. Di beberapa budaya, ini mungkin dianggap perilaku spiritual, namun dalam budaya modern, ini dianggap abnormal.
  2. Distress (Gangguan): Perilaku yang menyebabkan gangguan pada individu atau orang lain, seperti bersepeda keliling dunia tanpa menimbulkan masalah.
  3. Dysfunction (Ketidakmampuan untuk Beraktivitas Normal): Perilaku yang mengganggu rutinitas sehari-hari, seperti yang dialami penderita depresi.
  4. Danger (Perilaku yang Membahayakan): Perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti percobaan bunuh diri atau mengemudi dalam keadaan mabuk.

Contoh Perilaku Menyimpang di Indonesia
Beberapa perilaku menyimpang yang sering terjadi di Indonesia antara lain:

  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
  • Tawuran
  • Balap liar
  • Pencurian
  • Bullying
  • Pelanggaran lalu lintas
  • Korupsi
  • Buang sampah sembarangan
  • Pembunuhan
  • Perjudian

Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang sering dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan yang kurang mendukung, seperti pola asuh yang salah, rendahnya tingkat pendidikan, atau masalah psikologis seperti depresi dan gangguan mood. Tekanan batin akibat masalah keluarga atau stres berat juga dapat memicu perilaku menyimpang. Selain itu, penggunaan narkoba dan zat adiktif lainnya (NAPZA) seringkali menjadi faktor penyebab perilaku tersebut.

WHO Desak Kenaikan Harga Minuman Manis dan Rokok Demi Tekan Angka Kematian Global

Gangguan Mental yang Dapat Memicu Perilaku Menyimpang
Beberapa gangguan mental yang bisa membuat seseorang melakukan perilaku menyimpang adalah:

  • Demensia
  • Skizofrenia
  • Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
  • Autisme
  • ADHD
  • Gangguan mood, seperti bipolar dan depresi

Penanganan Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang mengganggu kehidupan sebaiknya segera diperiksakan ke psikiater untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Psikiater akan melakukan pemeriksaan kejiwaan untuk mengetahui apakah perilaku tersebut disebabkan oleh gangguan mental, dan memberikan penanganan yang sesuai, seperti konseling, psikoterapi, atau terapi perilaku. Obat-obatan juga dapat diberikan jika diperlukan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *