Nasional
Beranda » Berita » Perjuangan Ojol; Dibalik Air Mata dan Modus Orderan Fiktif

Perjuangan Ojol; Dibalik Air Mata dan Modus Orderan Fiktif

Kisah seorang tukang ojek online (ojol) yang menangis sesenggukan karena mendapat orderan fiktif menggugah simpati dan memunculkan diskusi tentang keberadaan oknum-oknum tidak bertanggung jawab di dunia layanan transportasi daring.

Kejadian tersebut menjadi sorotan ketika ojol tersebut mengalami pengalaman pahit saat malam hari, di mana orderannya mengarah ke rumah seorang food vlogger, Randy Gragaz, dilansir dari VIVA.co.id.

Dari unggahan akun Instagram @randy_gragaz, tergambar betapa pilunya ojol tersebut ketika menyampaikan bahwa ia membantu mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar utang sang ibu yang terlilit.

Profil Irjen Mukti Juharsa, Lulusan Akpol 1994 yang Kini Jadi Widyaiswara Polri

Ia juga bercerita bahwa niatnya untuk bekerja sebagai ojol adalah agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti.

Menurut keterangan dari food vlogger Randy Gragaz, total orderan yang diterima oleh ojol tersebut mencapai Rp400 ribu. Kejadian ini tidaklah baru bagi rumah Randy, yang sering menjadi sasaran orderan fiktif.

Randy menyampaikan kekesalannya terhadap situasi ini dan meminta perhatian dari pihak Gojek Indonesia untuk menindaklanjuti masalah ini, terutama dalam hal pembayaran langsung melalui GoPay untuk orderan besar seperti ini.

Reaksi dari warganet pun beragam. Banyak yang memberikan simpati kepada ojol tersebut atas kesulitan yang dihadapinya, sementara yang lain mengecam oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan sistem untuk kepentingan pribadi.

Kombes Dicky Sondani, Ini Profil Lengkap dan Jejak Kariernya

Namun, sorotan terbesar jatuh pada komentar seorang netizen yang mengaku sebagai ojol, yang mengungkapkan modus operandi dari oknum-oknum tersebut.

Netizen tersebut menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, ojol yang mendapat orderan fiktif kemudian memanfaatkan sistem untuk mendapatkan kompensasi ganda, baik dengan meminta dana dari Gojek dan/atau dengan cara menyumbangkan sebagian dana tersebut ke panti asuhan.

Hal ini merupakan tindakan yang tidak hanya merugikan perusahaan dan pelanggan, tetapi juga mencoreng nama baik profesi ojol secara keseluruhan.

Kisah ini membuka mata kita akan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh para ojol di tengah-tengah dinamika ekonomi yang tidak stabil.

Meskipun banyak dari mereka berjuang untuk mencari nafkah dan memenuhi tanggung jawab keluarga, namun masih ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadi.

Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk lebih peduli dan memperhatikan kondisi para pekerja informal seperti ojol.

Kita perlu mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika dan integritas dalam menjalankan profesi tersebut, serta memperjuangkan perlindungan dan keadilan bagi para pekerja tersebut.

Semoga kisah ini dapat menjadi cambuk bagi semua pihak terkait, baik perusahaan layanan daring maupun pengguna, untuk bersama-sama membangun ekosistem yang lebih adil dan berkelanjutan bagi para pekerja informal seperti ojol.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *