Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Dedy Rochimat, mengungkapkan bahwa pertumbuhan permintaan terhadap industri furnitur ramah lingkungan diperkirakan akan meningkat pesat hingga mencapai $51,02 miliar pada tahun 2024. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Council of Asia Furniture Association (CAFA) ke-25 di Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten.
Dedy Rochimat menyatakan bahwa pertumbuhan furnitur yang tinggi menjadi peluang besar yang harus direspons bersama melalui pembuatan pusat riset dan produksi furnitur di kawasan industri. Meskipun nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 28 persen pada Januari-September 2023, sektor ini tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap nilai ekspor nasional.
Indonesia, dengan kekayaan alam yang melimpah di 17 ribu pulau, termasuk penghasil rotan terbesar dan terbaik serta menjadi negara dengan kekayaan bambu terbesar ketiga di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam produksi furnitur berkelanjutan. Asmindo berkomitmen untuk mendukung agenda keberlanjutan ini dan akan menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan China National Furniture Association (CNFA) untuk kerjasama strategis antara Indonesia dan China.
Pentingnya isu-isu lingkungan, seperti pemanasan global dan perubahan iklim, mendorong Asmindo sebagai anggota CAFA untuk mendukung tema “Promoting Sustainable Furniture Ecosystem, Leading To Net Zero Emission.” Indonesia, sebagai tuan rumah pertemuan CAFA ke-41, memiliki posisi strategis dalam mendorong agenda keberlanjutan ini dengan kekayaan sumber daya alam seperti rotan dan bambu.
Dalam era di mana konsumen semakin memperhatikan dampak lingkungan dari produk yang mereka beli, Asmindo dan CAFA berusaha menjadi pionir dalam mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan dalam industri furnitur. Kesepakatan MOU antara Asmindo dan CNFA diharapkan dapat memperkuat kerja sama antara Indonesia dan China dalam mengembangkan industri furnitur ramah lingkungan.
Komentar