Pernikahan yang menggetarkan hati umat Islam Indonesia terjadi pada Sabtu, 23 Maret 2024, ketika Habib Rizieq Shihab (HRS) melepas status dudanya untuk kedua kalinya.
Pasangan tersebut, Habib Rizieq dan Syarifah Muna Hasinah Alaydrus, mengikat janji suci mereka di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Namun, apa yang membuat pernikahan ini begitu istimewa?
HRS, sosok yang dikenal sebagai pemimpin spiritual, telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan ribuan umat Islam di Indonesia.
Namun, di balik kerinduannya akan keadilan dan kebenaran, tersembunyi seorang pria yang juga memiliki kebutuhan emosional.
Setelah kepergian istri terdahulunya, Syarifah Fadhlun bin Yahya, pada Desember 2023, HRS merasa terombang-ambing dalam kesedihan yang mendalam, dilansir dari VIVA.co.id.
Namun, atas dorongan dan nasihat dari para habaib dan ulama, HRS memutuskan untuk membuka hatinya kembali untuk cinta. Mereka khawatir bahwa kesedihan yang terlalu lama akan berdampak buruk pada kesehatan HRS.
Hanif Alatas, menantu HRS, menyatakan bahwa setelah beberapa waktu melakukan salat istikharah, HRS mendapat isyarat melalui mimpi untuk menikahi salah satu kerabatnya.
Takdir membawanya pada jalan yang mengejutkan. Syarifah Muna Hasinah Alaydrus, seorang wanita muda yang kini menjadi istri HRS, berhasil mencuri perhatian publik.
Selisih usia yang cukup signifikan, 27 tahun, menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat. Namun, dalam Islam, cinta tidak mengenal batasan usia.
HRS dan Muna menunjukkan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala perbedaan.
Muna, yang berusia 31 tahun, adalah keponakan dari almarhumah Syarifah Fadhlun. Keputusan untuk menikahi Muna adalah hasil dari isyarat yang diterima HRS dalam mimpinya, di mana almarhumah menyarankan agar HRS menikahi salah satu dari kerabatnya. Putri-putri HRS sepakat untuk memilih Muna sebagai pasangan hidup ayah mereka, sesuai dengan isyarat yang diterima HRS.
Perkawinan antara HRS dan Muna bukanlah hanya sekadar ikatan antara dua individu, tetapi juga merupakan penyatuan dua keluarga yang diwarnai dengan rasa lapang dada dan penerimaan.
Orang tua Muna dengan tulus membuka pintu hati mereka untuk menyambut HRS sebagai menantu mereka.
Pernikahan ini juga menarik perhatian karena dilangsungkan di bulan suci Ramadan. Ketika banyak orang menunggu hingga bulan Syawal setelah lebaran, HRS dan Muna memilih untuk menikah lebih awal.
Menurut Hanif Alatas, lebih cepat lebih baik. Keputusan ini menunjukkan bahwa cinta tidak mengenal waktu dan situasi, tetapi tunduk pada kehendak yang lebih besar.
Pernikahan ini bukan sekadar sebuah peristiwa biasa dalam kehidupan HRS, tetapi juga sebuah cerminan dari kesungguhan dan keberanian untuk mencari kebahagiaan kembali setelah kehilangan yang mendalam.
Semoga pernikahan ini menjadi berkah bagi kedua mempelai dan menginspirasi banyak orang untuk selalu memercayai kekuatan cinta dalam menghadapi segala cobaan kehidupan.
Komentar