Perusahaan kripto berbasis di Singapura, Terraform Labs (TFL), mengajukan kebangkrutan di pengadilan Delaware, Amerika Serikat (AS) pada Minggu (21/1) lalu. Terraform Labs dikenal sebagai pemilik aset digital TerraUSD (UST) dan Luna.
Dalam dokumen pengadilan yang diajukan, Terraform Labs mencatatkan aset dan liabilitas mereka berkisar antara US$100 juta hingga US$500 juta, atau setara dengan Rp 1,5-7,8 triliun (kurs Rp 15.650). Perusahaan ini menyatakan komitmen untuk memenuhi semua kewajiban keuangan kepada karyawan dan vendor selama proses kebangkrutan berlangsung tanpa memerlukan pembiayaan tambahan. Meski begitu, Terraform Labs tetap berencana untuk terus mengembangkan bisnis Web3-nya.
Manajemen Terraform Labs mengatakan, “Pengajuan tersebut akan memungkinkan TFL untuk melaksanakan rencana bisnisnya sambil menjalani proses hukum yang sedang berlangsung, termasuk litigasi perwakilan yang tertunda di Singapura dan litigasi AS yang melibatkan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).”
Keputusan untuk mengajukan kebangkrutan datang empat hari setelah SEC AS menyetujui penundaan persidangan perdata terhadap Terraform dan Do Kwon terkait dugaan penipuan mata uang kripto senilai US$40 miliar. Kwon dan Terraform Labs dianggap bertanggung jawab atas kegagalan dua mata uang kripto yang menyebabkan goncangan di pasar kripto global dua tahun lalu.
Kedua mata uang kripto tersebut mengalami kerugian sekitar US$40 miliar atau lebih ketika TerraUSD tidak mampu mempertahankan nilai patokan US$1 pada Mei 2022. Terraform Labs berkomitmen untuk tetap menjalankan bisnisnya selama proses kebangkrutan berlangsung, menunjukkan keinginan mereka untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kripto.
Komentar