Medan, harianbatakpos.com – Dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit, masyarakat Indonesia menunjukkan kecenderungan yang meningkat untuk mengandalkan pinjaman online (pinjol) dan skema buy now pay later (BNPL) sebagai solusi finansial. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penyaluran pinjaman melalui layanan fintech ini mencapai Rp 80,07 triliun, angka yang mengesankan jika dibandingkan dengan Rp 46,07 triliun pada Desember 2024.
Dilansir dari laman Lambeturah.co.id, “Angka ini melonjak dibandingkan posisi Desember 2024 yang tercatat sebesar Rp46,07 triliun,” ungkap Dian dalam keterangan resmi. Kontribusi sektor perbankan dalam penyaluran pinjol mencapai Rp 49,40 triliun, menandakan bahwa bank juga berperan dalam pertumbuhan ini. Pertumbuhan outstanding pembiayaan P2P lending mencatatkan angka Rp 80,94 triliun pada April 2025, tumbuh 29,01 persen secara tahunan.
Namun, peningkatan ini tidak tanpa risiko. Tingkat kredit macet, yang diukur dengan TWP90, mengalami kenaikan menjadi 2,93 persen dari 2,77 persen pada Maret 2025. Masyarakat perlu berhati-hati dalam mengelola utang agar tidak terjebak dalam masalah finansial yang lebih besar di masa depan. Ketergantungan pada pinjol dan paylater dapat menjadi pedang bermata dua dalam situasi ekonomi yang sulit ini.
Ikuti saluran Harianbatakpos.com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar