Harianbatakpos.com – Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto, meminta polisi cyber untuk fokus menyisir konten-konten berbau terorisme di internet.
Soleman menyebut konten terorisme di internet menjadi salah satu faktor yang membuat orang berpikir radikal kemudian menebar teror secara otodidak, sehingga ia tidak terorganisir dan sulit dibaca pergerakannya.
“Polisi cyber juga harus melihat di internet ini ada kan diajar disana bagaimana tata cara membuat bahan peledak dengan menggunakan bahan di pasaran secara umum, itu tantangan tersendiri bagi polisi, TNI, intelijen untuk mengetahui itu,” kata Soleman dalam diskusi crosscheck, seperti dilansir dari suara.com, Minggu (4/4/2021).
Menurutnya jika seseorang sudah terpapar ajaran radikal melalui internet lalu mulai berupaya mencari cara melakukan teror maka itu sudah berbahaya dan harus segera ditangkap sebelum melakukan aksi.
“Walaupun dia waras kalau dia pegang granat kecil ini sudah jadi teror ini, dia sudah jadi teroris,” tegasnya.
Soleman menilai teroris yang sudah terpapar paham radikal tidaklah berbahaya, sebab pemikiran bisa dilawan dengan pemikiran lain untuk mencari persamaan yang bisa membangun.
“Sepanjang tidak ada bom atau senjata itu tak masalah, kita hadapi saja logika berpikir dengan logika berpikir, beda pendapat itu kan kawan berpikir, yang ditakuti itu kan kepemilikan bahan peledak,” tutup Soleman.
Diketahui, aksi teror bom pengantin sempat mencoreng ibadat Minggu Palma di Gereja Katedral Hati Yesus Yang Mahakudus, Makassar pada Minggu (28/3/2021).
Serangan bom bunuh diri itu dilakukan oleh sepasang suami istri; Muh Lukman Alfariz dan Dewi dengan menggunakan sepeda motor yang berupaya masuk ke kompleks gereja namun tertahan oleh petugas keamanan gereja sehingga bom meledak di depan gereja.
Selang beberapa hari, Markas Besar Polri di Jakarta diserang teroris Zakiah Aini (25) yang melakukan aksi lone wolf menyerang seorang diri hingga ditembak mati di tempat. (red)
Komentar