Jakarta, HarianBatakpos.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi mengalami pelemahan lebih anjut, dengan titik terendah yang diprediksi berada di level 6.560. Jika titik koreksi ini terlewati, maka IHSG diperkirakan bisa jatuh lebih dalam lagi, menuju level 6.460, bahkan berpotensi melanjutkan pelemahan lebih jauh.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, dalam wawancaranya dilansir ANTARA di Jakarta, Selasa (10/02), mengungkapkan bahwa situasi pasar saat ini masih penuh tantangan. “Fokusnya saat ini adalah menghentikan pendarahan dan memberikan stabilitas bagi IHSG secara jangka pendek,” ujarnya.
Nico menambahkan, aliran keluar dana asing (capital outflow) yang terjadi saat ini berpotensi semakin besar apabila kondisi domestik tidak memiliki bantalan yang cukup untuk menahan tekanan jual yang cukup besar. “Sentimen negatif yang datang dari dalam negeri, terutama terkait dengan kebijakan pemerintah yang berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi, menjadi salah satu penyebab semakin meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar,” ungkapnya.
Selain itu, kebijakan dalam negeri yang melibatkan pemangkasan anggaran telah menciptakan persepsi negatif yang mempengaruhi keputusan investor asing. “Oleh karena itu, investor asing semakin cemas dan memutuskan untuk keluar sementara waktu,” tambah Nico.
Dalam pandangannya, berbagai sentimen global juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Sebagai contoh, kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait perang dagang dengan negara-negara besar seperti Meksiko, Kanada, dan China. “Meskipun Meksiko dan Kanada mendapatkan kesempatan untuk ditunda selama 30 hari, situasi ini tetap memberi dampak negatif,” ujar Nico.
Selain itu, Trump juga mulai mengenakan tarif tinggi pada baja dan aluminium, yang turut memperburuk kondisi pasar global. Sementara itu, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Indonesia, Lionel Priyadi, menyampaikan bahwa IHSG berpotensi mengalami koreksi lebih dalam hingga mencapai level psikologis 6.500.
“Secara teknikal, akan ada support kuat di level 6.500 hingga 6.600. Namun, bila support ini tembus, maka IHSG bisa turun lebih dalam lagi ke level 6.000,” kata Lionel. Sentimen pasar yang cenderung negatif berasal dari rilis data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan penguatan, disertai dengan kenaikan ekspektasi inflasi konsumen akibat rencana Trump untuk memperluas perang dagang.
Dari sisi domestik, kebijakan fiskal yang semakin suram juga berperan besar dalam menurunnya sentimen pasar saham Indonesia. Data perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (10/02) menunjukkan IHSG ditutup melemah 94,44 poin atau 1,40 persen, berada di posisi 6.648,14. Sementara itu, indeks LQ45 turun 11,62 poin atau 1,48 persen ke posisi 773,26.
Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih senilai Rp921,07 miliar di seluruh pasar dan Rp875,22 miliar di pasar reguler, meskipun mereka tercatat melakukan pembelian bersih senilai Rp45,84 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Komentar