Harianbatakpos.com — Sri Sultan Hamengkubuwono X atau disingkat sebagai HB X lahir pada tanggal 2 April tahun 1946, memiliki nama kecil Bendara Raden Mas Herjuno Darpito. Merupakan sosok raja atau Sri Sultan yang berkuasa di Keraton Yogyakarta sejak tahun 1989 silam.
Berkaitan dengan tahta kerajaan yang dimilikinya, Sri Sultan HB X sekaligus menduduki jabatan resmi sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak tanggal 3 Oktober 1998. Beliau merupakan Gubernur ketiga setelah Sri Sultan HB IX 1988), dan Paku Alam VIII (1998).
Sri Sultan HB X merupakan putra dari raja sebelumnya, yaitu Hamengkubuwono IX, dan ibunya bernama Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Widyaningrum. Sri Sultan memiliki seorang permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan lima orang putri yang memiliki gelar sebagai Gusti Raden Ajeng (GRA).
Lima orang putri Sri Sultan HB X bernama GKR Nurmalita Sari, GKR Nurmagupita, GKR Nurkamnari Dewi, GKR Nurabra Juwita, GKR Nurastuti Wijareni. Sri Sultan HB X, yang dipanggil BRM Herjuno Darpito di masa mudanya, diberi gelar sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Mangkubumi.
Selanjutnya, KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai penerus suksesi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Usai penobatan tersebut, gelar KGPH Mangkubumi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram.
Penobatan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya tersebut menjadi momen pertama kali dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia. Sebab, pada periode KGPAA sebelumnya, Keraton Yogyakarta harus meminta izin kepada kolonial penjajahan, yaitu pemerintah VOC serta Hindia Belanda.
Sri Sultan HB X menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Keputran I Yogyakarta pada tahun 1960. Lalu di SLTP Negeri 3 Yogyakarta tahun 1963. Lanjut ke SLTA Negeri 6 Yogyakarta tahun 1966. Dan menyelesaikan S1 Fakultas Hukum Jurusan Ketatanegaraan Universitas Gadjah Mada.
Sri Sultan HB X menjabat sebagai Gubernur Provinsi DI Yogyakarta setelah Paku Alam VIII meninggal dunia. Proses pengangkatan Gubernur ini sempat menimbulkan polemik dan waktu yang lama. Pada 1998-2003, beliau tidak didampingi wakil. Setelah itu, jabatan wakil Gubernur diisi oleh Paku Alam IX (2003-2015) dan Paku Alam X pada tahun 2015 hingga sekarang.
Komentar