JAKARTA – BP: Proyek ambisius Kereta Cepat “Whoosh” yang dibanggakan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, kini menjadi sorotan tajam. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), salah satu kontraktor utama proyek ini, mengalami kerugian besar hingga mencapai Rp7,12 triliun pada tahun buku 2023.
Dilansir dari Fajar.co.id, kerugian ini melonjak signifikan sebesar 11.860 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp59,59 miliar. Manajemen WIKA menjelaskan bahwa beban utang tinggi dan biaya operasional yang besar, termasuk bunga hutang dan biaya provisi, menjadi faktor utama penyebab kerugian yang mencengangkan ini.
Proyek Kereta Cepat “Whoosh”, yang merupakan kerjasama antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan perusahaan-perusahaan BUMN lainnya, termasuk WIKA, dikritik keras di media sosial. Netizen menyoroti dampak finansial yang signifikan bagi WIKA dan perusahaan BUMN lainnya, seperti PT Jasa Marga dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengungkapkan bahwa tingginya beban bunga dan kerugian dari proyek Kereta Cepat ini telah merugikan perusahaan secara besar-besaran. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti penerbitan obligasi, justru menambah beban keuangan perseroan.
“Kami harus melakukan pinjaman melalui obligasi untuk mengatasi kekurangan modal, namun ini justru membuat kerugian semakin membengkak,” ujar Agung dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI.
Kondisi ini menunjukkan dampak yang signifikan dari proyek infrastruktur skala besar terhadap keuangan perusahaan BUMN, serta menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan dan manajemen risiko dalam proyek-proyek serupa di masa depan.
Komentar