Medan, HarianBatakpos.com – Dalam upaya menangani perilaku remaja yang dianggap “nakal,” beberapa gubernur di Indonesia, termasuk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengusulkan pendekatan berbasis militer. Namun, banyak kritik muncul terhadap gagasan ini, termasuk dari ahli kesehatan mental. Pendekatan ini dianggap tidak hanya keliru, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi anak-anak.
Pendekatan Berbasis Militer: Kritik dari Psikiater
Psikiater anak dan remaja, Prof. Tjin Wiguna, Sp.KJ Subp.AR(K) menegaskan bahwa solusi berbasis pendidikan ala militer bukanlah pendekatan yang tepat dalam menangani remaja bermasalah. “Seorang anak yang dianggap nakal pasti memiliki penyebab. Tidak bisa digeneralisasi, dan perlu dibantu untuk mencari akar masalahnya,” ujarnya dalam wawancara dengan Kompas.com. Prof. Tjin mengingatkan bahwa meskipun disiplin militer dapat meningkatkan kepatuhan sementara, hal ini tidak menjamin perubahan perilaku yang berkelanjutan, dikutip dari laman kompas.com.
Beliau juga menjelaskan bahwa banyak faktor kompleks yang berkontribusi terhadap perilaku negatif remaja. Menurut penelitian yang dilakukan di RSCM, salah satu faktor dominan adalah rasa kesepian akibat kurangnya perhatian dari orang tua. “Anak-anak sekarang banyak yang merasa kesepian karena kedua orang tua sibuk,” tambahnya. Oleh karena itu, tindakan represif seperti memasukkan remaja ke barak militer dapat memperburuk kondisi mereka.
Pendekatan yang Direkomendasikan
Sejumlah studi internasional menunjukkan bahwa pendekatan berbasis terapi psikologis jauh lebih efektif dalam mengatasi perilaku menyimpang pada remaja. Terapi perilaku kognitif (CBT) dan keterlibatan orang tua dalam proses rehabilitasi terbukti memberikan hasil yang lebih baik. Prof. Tjin menekankan pentingnya pendidikan karakter dan budi pekerti sebagai bagian dari solusi. Anak-anak dengan perilaku menyimpang sebaiknya dirujuk ke profesional kesehatan mental untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Dengan demikian, solusi ideal untuk masalah perilaku remaja bukanlah melalui militerisasi, tetapi dengan pemahaman yang mendalam terhadap kondisi psikososial mereka. Hal ini penting untuk menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan.
Komentar