Mentari hangat memeluk Dara mengkal
Dengan langkah ragu-ragu
Si Dara menjelajah ke beberapa sisi bumi
Menatap dunia dengan penuh tanda tanya
Ada cinta yang tumbuh, ada cinta yang musnah
Ada logika yang sulit diterka, ada imajinasi yang mudah tercipta
Warna -warni indah menyilaukan mata:
Mata hati.
Gores-gores luka mengajarkan jiwa:
Jiwa takkan mati!!!
Di tepian bilik hati yang rapuh
Air mata dan tawa sulit dibedakan
Guyuran hujan membuyarkannya
Dara menengadah ke titik terjauh vertikal atas
Untuk berserah_bukan menyerah!
Dengan langkah percaya diri
Kini Dara menjelma menjadi Puan menawan
Ditentengnya beberapa hadiah misteri kehidupan
Potret -potret pertempuran rasa
Kitab-kitab permainan batin
Jurus -jurus menaklukan asa
Puan adalah aku yang kau lukai dengan ancaman
Aku tak akan goyah mengayuh pedal keberanian
Sekalipun jatuh diantara para pecundang
Entah terperosok dalam jurang kemunafikan
Aku tetaplah Puan yang menawan
Aku adalah Puan yang kau sebut lemah
Aku tak peduli kata-kata yang meruntuhkan
Apalagi sumpah serapah yang menyakitkan
Luka adalah tarian yang menantang
Pilu adalah nyanyian yang menyerang
Semuanya kuhantam dengan menawan
Karena akulah penawar hatiku
Dan akulah penyembuh jiwaku
Ira Puspita Pane adalah guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Sibolga. Lulusan Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ini hobi menulis khususnya di bidang Sastra. Kecintaannya pada dunia sastra tumbuh sejak usia 9 tahun. Bermulai dari menulis diary, puisi, cerpen, bahkan novel. Pada tahun 2018 penulis berkesempatan menjadi finalis Nasional oleh kepenulisan naskah buku yang diselenggarakan oleh Kesharlindung. Tahun 2020 Penulis menerbitkan novel perdananya berjudul “Tap… Tap … Tap… ” ISBN 9 786232 582293
Bagi Ira Puspita Pane menulis adalah menerjemahkan rasa dan menuangkannya dengan seni yang elegan dan indah.
Komentar