Harianbatakpos.com , RAFAH – Serangan yang dilakukan oleh militer Israel di kamp pengungsi Rafah pada Minggu (26/5) malam mengakibatkan kebakaran hebat yang menghancurkan seluruh kamp dan menewaskan puluhan orang.
Dr. Muhammad al-Mughayer dari Pertahanan Sipil Palestina menggambarkan situasi di lokasi penyerangan sebagai bencana, dengan api yang berkobar hebat dan menyebar cepat. “Kebakarannya sangat besar dan menyebar ke mana-mana,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Sebagian besar korban yang tewas mengalami luka bakar parah di tubuh mereka, tambah al-Mughayer. Ketika timnya berupaya menyelamatkan para korban selamat dan mengambil mayat, mereka menemukan banyak mayat hangus serta orang-orang yang tubuhnya patah. Kantor berita Wafa, yang mengutip Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), melaporkan bahwa banyak korban tewas “dibakar hidup-hidup” di dalam tenda mereka.
Menurut militer Israel, mereka menggunakan amunisi presisi tinggi dalam serangan ini, dengan target kompleks Hamas di Rafah berdasarkan informasi intelijen yang mereka klaim akurat.
Selain menewaskan warga sipil Palestina, serangan ini juga menewaskan kepala staf Hamas di Tepi Barat serta beberapa pejabat senior Hamas lainnya. Tentara Israel menyatakan bahwa mereka mengetahui laporan mengenai beberapa warga sipil yang terluka di daerah tersebut.
Namun, sebuah tinjauan atas perintah evakuasi militer Israel di Rafah yang dilakukan oleh lembaga pengecekan fakta Al Jazeera, Sanad, mengungkap bahwa para pengungsi Palestina di kamp tersebut tidak diinstruksikan untuk mengungsi ke tempat lain.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang tindakan pencegahan yang diambil oleh militer Israel sebelum melakukan serangan yang mematikan ini, seperti dilansir dari Detikcom.
Citra satelit yang ditinjau oleh Sanad menunjukkan bahwa tempat penampungan di lokasi serangan didirikan pada bulan Januari, seiring dengan kedatangan ratusan ribu pengungsi dari berbagai wilayah lain di Jalur Gaza.
Keberadaan tempat penampungan ini semakin memperjelas dampak tragis dari serangan tersebut, di mana ratusan ribu orang yang telah melarikan diri dari kekerasan kini kembali menjadi korban.
Kebakaran besar yang menyelimuti kamp pengungsi Rafah tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik yang parah, tetapi juga menambah penderitaan psikologis bagi para pengungsi yang sudah trauma.
Mereka yang selamat kini menghadapi tantangan besar dalam mencari tempat tinggal dan bantuan kemanusiaan di tengah situasi yang semakin memburuk di Gaza.
Reaksi internasional terhadap serangan ini bervariasi, dengan beberapa negara dan organisasi internasional mengutuk tindakan Israel dan menyerukan penyelidikan independen terhadap insiden tersebut.
Sementara itu, pihak Israel tetap berpegang pada klaim mereka bahwa serangan ini adalah bagian dari upaya untuk menargetkan elemen-elemen teroris yang beroperasi di wilayah tersebut.
Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk dengan cepat, dan serangan seperti yang terjadi di Rafah hanya menambah penderitaan yang dialami oleh penduduk setempat. Bantuan internasional sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan kepada para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal dan sumber daya dasar untuk bertahan hidup.
Kisah tragis dari kamp pengungsi Rafah menyoroti perlunya solusi yang lebih manusiawi dan diplomatis dalam menyelesaikan konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.
Setiap serangan dan tindak kekerasan hanya akan memperpanjang siklus kebencian dan balas dendam, mengorbankan lebih banyak nyawa tak berdosa di kedua belah pihak.
Komunitas internasional harus berperan lebih aktif dalam mendorong dialog dan penyelesaian damai yang berkelanjutan untuk mengakhiri penderitaan yang telah berlangsung terlalu lama di Gaza.
Komentar