Nasional
Beranda » Berita » Raja Yordania Menyuarakan Penolakan: Menghadapi Rencana Kontroversial Trump untuk Gaza

Raja Yordania Menyuarakan Penolakan: Menghadapi Rencana Kontroversial Trump untuk Gaza

Presiden AS Donald Trump dan Raja Abdullah II melakukan pembicaraan di Ruang Oval Gedung Putih
Presiden AS Donald Trump dan Raja Abdullah II melakukan pembicaraan di Ruang Oval Gedung Putih

Medan,  HarianBatakpos.com – Dalam sebuah pertemuan yang penuh ketegangan, Presiden AS Donald Trump dan Raja Yordania Abdullah II berdiskusi mengenai rencana kontroversial untuk merelokasi warga Palestina dan membangun kembali Gaza di bawah kepemilikan AS. Raja Abdullah II dengan tegas menolak gagasan tersebut, menekankan bahwa Yordania dan negara-negara Arab memiliki posisi yang kuat terkait isu pemindahan warga Palestina.

“Saya menegaskan kembali posisi teguh Yordania terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Ini adalah posisi Arab yang bersatu,” ujar Raja Abdullah II dalam pernyataannya. Penolakan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap situasi kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, dilansir dari detik.com.

Raja Abdullah II menegaskan bahwa prioritas utama adalah membangun kembali Gaza dan merawat masyarakat yang menderita akibat serangan Israel. Dia juga menyatakan, “Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas semua pihak.”

Retret Gelombang II: Ponsel Diperbolehkan, Ajudan Dilarang

Dalam pembicaraan tersebut, Raja Abdullah II meminta agar AS bersabar dan menunggu respons dari Mesir mengenai rencana tersebut. Dia menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara Arab untuk membahas masa depan Gaza dan Palestina.

Raja Abdullah II menggambarkan kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan di Gaza, termasuk perlunya perawatan bagi anak-anak penderita kanker. “Salah satu hal yang bisa kita lakukan segera adalah merawat 2.000 anak, anak-anak penderita kanker yang berada dalam kondisi sakit parah,” katanya, menunjukkan fokus pada kemanusiaan di tengah politik yang kompleks.

Penolakan Raja Abdullah II menunjukkan bahwa isu Palestina bukan hanya sekadar kebijakan politik, tetapi juga menyentuh aspek kemanusiaan yang mendalam. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa suara negara-negara Arab, terutama Yordania, tetap solid dalam menolak gagasan yang dapat mengancam hak-hak Palestina.

Dengan demikian, penolakan Raja Yordania terhadap rencana Trump menegaskan pentingnya dialog yang lebih sensitif dan humanis dalam menyelesaikan konflik di kawasan ini.

Iran Menilai Serangan AS sebagai Pelanggaran Berat

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *