Medan, HarianBatakpos.com – Ramadan dua kali 2030 akan menjadi fenomena langka yang terjadi hanya setiap 33 tahun sekali. Umat Islam akan menjalankan puasa Ramadan dua kali dalam satu tahun masehi, yaitu pada Januari dan Desember 2030. Berdasarkan kalender Hijriah, Ramadan 1451 H dimulai pada 5 Januari 2030, sementara Ramadan 1452 H akan dimulai pada 26 Desember 2030.
Fenomena ramadan dua kali 2030 ini disebabkan oleh perbedaan siklus antara kalender Hijriah dan kalender Masehi. Kalender Hijriah mengacu pada peredaran bulan dan hanya memiliki 354 hari dalam setahun. Sementara itu, kalender Masehi mengacu pada peredaran matahari dan terdiri dari 365 hari. Hal ini menyebabkan Ramadan maju sekitar 11 hari setiap tahunnya jika dilihat dari kalender Masehi.
Anggota Federasi Ilmu Antariksa dan Astronomi Arab, Ibrahim Al Jarwan, menjelaskan bahwa peristiwa seperti puasa Ramadan 2030 ini pernah terjadi pada tahun 1997 dan akan terulang lagi pada tahun 2063. “Dibutuhkan waktu 33 tahun hingga tahun Hijriah berputar penuh dalam satu tahun Masehi. Ini bukan pertama kali terjadi,” kata Al Jarwan kepada Gulf News.
Meskipun terjadi dua kali Ramadan dalam satu tahun, umat Islam hanya akan merayakan satu kali Idul Fitri. Lebaran 1451 H akan jatuh pada awal Februari 2030, sedangkan Lebaran 1452 H baru akan berlangsung pada Januari 2031.
Berikut jadwal lengkap kalender hijriah 2030 untuk Ramadan dua kali:
Ramadan pertama (1451 H):
-
Dimulai 5 Januari 2030 dan berakhir 3 Februari 2030.
Ramadan kedua (1452 H):
-
Dimulai 26 Desember 2030 dan berlanjut hingga Januari 2031.
Fenomena ramadan dua kali 2030 ini tentu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain memperkuat spiritualitas, peristiwa ini juga mengingatkan akan keunikan sistem penanggalan Islam yang berbeda dari sistem masehi.
Dengan demikian, ramadan dua kali 2030 bukan hanya menjadi catatan astronomi, tetapi juga momen penting dalam kehidupan umat Muslim. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan kalender hijriah 2030 dan menyesuaikan persiapan ibadah sejak dini.
Komentar