Kenaikan harga pangan yang terjadi menjelang Ramadhan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memberikan peringatan terhadap kondisi ini, sementara berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi dampaknya.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, komoditas pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging sapi telah memberikan andil inflasi terbesar dalam 3 tahun terakhir. Namun, perhatian khusus saat ini tertuju pada kenaikan harga beras, yang menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan pada Februari 2024.
Berdasarkan data, kenaikan harga beras pada periode tersebut terjadi di 37 provinsi, dengan kontribusi inflasi sebesar 0,21 persen. Meski demikian, produksi beras diperkirakan meningkat pada Maret dan mencapai puncak panen raya pada April mendatang, memberikan harapan bahwa inflasi dapat dikelola.
Josua, seorang analis ekonomi, berpendapat bahwa meskipun terjadi inflasi menjelang Ramadhan, hal ini tidak mengganggu kinerja konsumsi masyarakat secara signifikan. Terlebih lagi, pemerintah telah mengumumkan pencairan penuh Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) serta gaji ke-13 ASN yang dicairkan pada bulan Juni.
Selain itu, bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) yang disalurkan oleh pemerintah hingga Juni 2024 diharapkan dapat menjaga kinerja konsumsi, terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah. “Sekalipun inflasi cenderung tinggi, itu tidak mengurungkan belanja dari masyarakat karena Ramadhan dan Lebaran, kan momentumnya setahun sekali,” kata Josua.
Bank Indonesia (BI) juga memberikan sinyal positif terhadap kondisi ekonomi dengan menyiapkan uang layak edar sebesar Rp197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang rupiah selama Ramadhan dan Lebaran. Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono, menyebut bahwa jumlah uang layak edar tersebut naik 4,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat.
Meskipun demikian, Pemerintah dan pemangku kepentingan harus tetap berupaya menjaga stabilitas harga komoditas vital selama Ramadhan, terutama terkait pangan dan energi. Langkah-langkah untuk membuka lapangan pekerjaan juga dianggap fundamental guna membantu kinerja konsumsi, khususnya pada kelas menengah, saat harga barang-barang meningkat.
Dengan berbagai tanda positif dalam geliat ekonomi, Ramadhan dan Lebaran tahun ini harus disambut dan dijalani secara optimistis, namun tetap dengan kewaspadaan terhadap dinamika harga pangan dan upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Terus pantau berita kami untuk pembaruan lebih lanjut seputar kondisi ekonomi menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini.
Komentar