Medan, HarianBatakpos.com – Rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih dan membangun kembali Jalur Gaza menimbulkan banyak reaksi, termasuk dari pihak Rusia. Dalam konteks ini, penting untuk memahami dampak dari pernyataan dan rencana tersebut terhadap warga Palestina. Rencana ini, yang diungkapkan pada 4 Februari 2025, berpotensi memengaruhi lebih dari 1,2 juta warga Palestina yang saat ini tinggal di Gaza.
Kremlin, melalui juru bicaranya Dmitry Peskov, menegaskan bahwa banyak pertanyaan masih belum terjawab mengenai rencana tersebut. “Kami harus menunggu beberapa rincian jika ini adalah rencana aksi yang konsisten,” ungkap Peskov. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Rusia menyikapi rencana Trump dengan hati-hati, menantikan klarifikasi lebih lanjut mengenai implikasi bagi warga Palestina, dilansir dari republika.co.id.
Respons dari negara lain juga tidak kalah penting. Rencana Trump telah menuai kecaman dari banyak negara, termasuk negara-negara Arab serta negara-negara Barat seperti Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris. Penolakan ini mencerminkan kepedulian global terhadap hak-hak warga Palestina yang diabaikan dalam rencana tersebut.
Dari sudut pandang kemanusiaan, usulan Trump untuk memindahkan warga Palestina ke lokasi lain menimbulkan kekhawatiran mendalam. Peskov menambahkan, “Ada banyak pertanyaan seperti itu.” Ini menunjukkan bahwa solusi yang diusulkan tidak hanya berpotensi merugikan warga Gaza, tetapi juga dapat memperburuk ketegangan di kawasan yang sudah rentan.
Dalam kesimpulannya, rencana Trump untuk Jalur Gaza tidak hanya merupakan isu politik, tetapi juga masalah kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional. Respons Rusia dan reaksi global menunjukkan bahwa isu ini akan terus menjadi perhatian utama.
Komentar