Medan, HarianBatakpos.com – Dalam dunia yang semakin terbuka, praktik “swinger” menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Swinger adalah individu yang terlibat dalam pertukaran pasangan untuk tujuan seksual. Namun, praktik ini membawa risiko kesehatan yang signifikan, yang perlu diperhatikan oleh setiap peserta. Menurut seksolog, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), “Ketika melakukan swinging, harus menjaga keamanan dengan menggunakan kontrasepsi dan sebagainya.”
Penting untuk memahami bahwa penggunaan alat kontrasepsi harus dilakukan dengan benar. Jika tidak, risiko penyakit menular seksual (PMS) seperti Sifilis, Gonore, HIV, dan HPV meningkat. HPV, khususnya, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. “Belum lagi penyakit-penyakit lain yang berkaitan dengan seksualitas, seperti Hepatitis B,” tambah dr. Haekal, dilansir dari Kompas.com.
Risiko kesehatan bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan. Kejujuran antara pasangan juga sangat penting. “Harus sehat dan tidak bisa seenaknya berhubungan seks dengan orang lain,” ungkap dr. Haekal. Keterbukaan mengenai status kesehatan adalah langkah penting untuk menjaga keselamatan semua pihak yang terlibat.
Selain itu, eksplorasi seksual ini dapat menyebabkan kecanduan jika dilakukan berlebihan. “Mungkin karena sudah sering melakukan, dia mendapatkan pengalaman baru yang lebih memuaskan dari orang lain dibandingkan dari pasangan sahnya,” ujar dr. Haekal. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam hubungan utama, yang berdampak pada kualitas hubungan dengan pasangan sah.
Sebagai kesimpulan, memahami risiko kesehatan dan batasan dalam praktik swinger sangat penting. Pastikan untuk selalu berkomunikasi dengan pasangan mengenai kesehatan dan menjaga keamanan selama beraktivitas seksual. Waspadai risiko kesehatan di balik praktik “swinger” untuk menjaga kualitas hidup dan hubungan Anda.
Komentar