Ekbis
Beranda » Berita » Rupiah Melemah Pasca Rilis Data Neraca Perdagangan

Rupiah Melemah Pasca Rilis Data Neraca Perdagangan

Rupiah Melemah Pasca Rilis Data Neraca Perdagangan
Rupiah Melemah Pasca Rilis Data Neraca Perdagangan

Jakarta, BP – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan yang surplus namun di bawah ekspektasi pasar. Hal ini menunjukkan adanya dinamika penting dalam pasar valuta asing.

Adapun berdasarkan laporan yang dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,19% di angka Rp16.165/US$ pada hari ini, Senin (15/7/2024). Meskipun terjadi penguatan, tren ini terputus setelah delapan hari beruntun sejak 3 Juli 2024, menandakan volatilitas dalam nilai tukar rupiah.

Sementara DXY pada pukul 14:52 WIB naik 0,12% di angka 104,22, lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 104,09. Data ini mencerminkan pergerakan dolar AS yang cukup stabil di tengah ketidakpastian pasar.

Pasar Kripto Melemah Usai Serangan AS ke Iran, Harga Bitcoin dan Saham AS Turun Tajam

BPS mengumumkan bahwa neraca perdagangan tercatat surplus US$2,39 miliar, menjadi surplus ke-50 bulan beruntun. Surplus neraca ini didorong oleh penurunan impor barang modal dan penolong, yang menjadi sinyal positif bagi perekonomian. Sementara itu, pendorong ekspor bulan Juni adalah industri pengolahan, sehingga nilai ekspor RI tercatat lebih tinggi, yakni sebesar US$20,84 miliar, dengan impor mencapai US$18,45 miliar.

“Neraca dagang kembali surplus US$2,39 miliar walau lebih rendah dibanding surplus pada bulan lalu dan Juni 2023,” ungkap Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Senin (15/7/2024). Surplus ini mencerminkan ketahanan sektor ekspor Indonesia meskipun tantangan global masih ada.

Amalia juga menambahkan bahwa surplus neraca dagang Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan signifikan antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi baja.

Namun, surplus neraca ini terbilang di bawah konsensus CNBC Indonesia yang memperkirakan sebesar US$2,88 miliar. Hal ini tentu menjadi sentimen yang cukup negatif, karena semakin tipisnya neraca perdagangan dapat mempengaruhi supply dolar AS di dalam negeri.

Harga Emas Pegadaian Hari Ini 24 Juni 2025: Antam Stabil, UBS Turun Tipis

Lebih lanjut, pelaku pasar juga menunggu data suku bunga BI yang akan diumumkan pada Rabu (17/7/2024). Untuk sementara waktu, pelaku pasar memasang sikap wait and see, mengamati bagaimana pandangan BI terkait kondisi ekonomi terkini, terutama tentang rupiah yang sempat melemah menembus level terpuruk sejak pandemi Covid-19 dan kini mulai menguat lagi.

Dengan demikian, pelaku pasar berharap ada kebijakan yang dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *