Jakarta, HarianBatakpos.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuka perdagangan hari ini dengan melemah, mencapai level Rp16.251,5 per dolar AS pada pukul 09.01 WIB. Data dari Bloomberg menunjukkan penurunan sebesar 0,47% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Penguatan dolar AS menjadi salah satu faktor utama di balik pelemahan rupiah.
Selain rupiah, sejumlah mata uang di kawasan Asia Pasifik juga mengalami pelemahan. Diantaranya adalah dolar Hong Kong, peso Filipina, rupee India, dan yuan China. Di sisi lain, beberapa mata uang seperti yen Jepang, dolar Singapura, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan baht Thailand justru mengalami penguatan.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, proyeksi pelemahan rupiah masih berlanjut pada kisaran Rp16.160-Rp16.250 per dolar AS hari ini. Salah satu faktor yang memperkuat dolar AS adalah data ekonomi AS yang positif, seperti penjualan ritel yang mengalami kenaikan sebesar 0,7% dari bulan sebelumnya.
Di samping itu, inflasi yang masih tinggi di AS membuat Federal Reserve ragu-ragu untuk menurunkan suku bunga atau mempertahankannya. Komentar dari pejabat The Fed yang menyinggung kemungkinan penundaan pemangkasan suku bunga juga turut memperkuat indeks dolar.
Dari Timur Tengah, pernyataan Kementerian Perang di Israel tentang potensi serangan balik ke Iran mempengaruhi pasar. Ibrahim memperkirakan bahwa hal ini akan mendorong indeks dolar menuju level 110-112, yang merupakan level tertinggi sepanjang masa.
Namun, dampak dari kondisi ini juga membawa potensi keuntungan bagi Indonesia. Sanksi AS terhadap Rusia yang melarang ekspor komoditas membuat harga komoditas seperti CPO, batu bara, nikel, dan timah melonjak tinggi. Hal ini berpotensi meningkatkan neraca perdagangan Indonesia, meskipun intervensi Bank Indonesia di pasar DNDF mungkin tidak cukup kuat untuk menahan pelemahan rupiah.
Ibrahim juga menyatakan bahwa Indonesia kemungkinan akan diuntungkan dari lonjakan harga komoditas tersebut, meskipun BI mungkin harus menaikkan suku bunga 25 bps untuk menstabilkan rupiah di akhir bulan ini.
Dengan demikian, kondisi pasar global dan kebijakan ekonomi AS serta dinamika geopolitik di Timur Tengah menjadi faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu ke depan. Indonesia, sementara itu, berada dalam posisi untuk merespons dan memanfaatkan dinamika tersebut untuk kepentingan ekonomi domestiknya.
Komentar