HarianBatakpos.com – Rupiah masih dalam tren melemah terhadap nilai tukar dolar. Melansir Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,40% di posisi Rp16.280 per dolar AS pada Rabu (5/6/2024). Pelemahan rupiah ini menjadi yang paling terpuruk sejak akhir November 2023, setelah pada bulan April lalu mata uang garuda sempat tembus ke posisi Rp16.350.
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja membeberkan beberapa penyebab pelemahan rupiah. Ia mengatakan pelemahan itu bukan karena konflik di Timur Tengah yang memanas. Namun menurutnya, pelemahan mata uang garuda terjadi karena beberapa faktor musiman, seperti meningkatnya kebutuhan sektor riil.
Ia mengatakan dalam persiapan Hari Raya Idul Fitri 2024, para pengusaha juga bersiap membeli bahan baku untuk kebutuhan produksi. Sebab, kebutuhan pada masa Lebaran akan lebih tinggi dari kebutuhan hari biasa. “Jadi ada kebutuhan impor, juga meningkat,” ujar Jahja pada saat konferensi pers kinerja BCA Kuartal I-2024 secara virtual, dikutip Kamis (6/6/2024).
Selain itu, ia menyebut faktor lain yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah aksi penarikan modal dari investor luar negeri dari saham dan obligasi di pasar modal RI. Kemudian, musim pembagian dividen di kuartal I-2024 yang sebagian besar mengalir ke luar untuk para investor asing yang merupakan pemilik perusahaan di Indonesia. “Jadi ada masalah supply dan demand,” terang Jahja.
Pada bulan April lalu, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25% pada April 2024. Suku bunga deposit facility naik ke posisi 5,50% dan lending facility sebesar 7%.
Jahja pun memuji keputusan bank sentral RI tersebut. Menurutnya, peningkatan suku bunga itu sangat tepat. “Tındakan yang sangat hebat dan betul-betul sangat tepat, bisa simpan reserve dollar dan bisa menambah kepercayaan investor,” ujar Jahja saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2024) lalu.
Komentar