Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini ditutup menguat, seiring pasar mengantisipasi kemungkinan pemangkasan suku bunga kebijakan oleh Bank Sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR). Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah mengalami penguatan sebesar sembilan poin atau 0,05 persen, menjadi Rp15.615 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.624 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa ekspektasi waktu pemangkasan suku bunga acuan AS mungkin telah diantisipasi oleh pelaku pasar. Selain itu, pasar juga sudah memprediksi suku bunga acuan AS pada akhirnya akan lebih rendah tahun ini, sehingga penguatan dolar AS dapat saja tertahan.
Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang menunjukkan jumlah klaim sebesar 187 ribu, lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 207 ribu, memberikan dukungan terhadap ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan terburu-buru oleh Bank Sentral AS atau The Fed.
Di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut, meningkatkan ketahanan eksternal perekonomian Tanah Air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 mencapai 3,31 miliar dolar AS, naik dari surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS. Dengan perkembangan ini, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2023 mencatat surplus sebesar 36,93 miliar dolar AS, melanjutkan capaian surplus pada periode yang sama tahun 2022 sebesar 54,46 miliar dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat juga mengalami kenaikan, berada pada posisi Rp15.628 per dolar AS, sedikit naik dari sebelumnya sebesar Rp15.630 per dolar AS.
Komentar