HarianBatakpos.com – Saat Cahaya Bulan Menjadi Saksi Bisu
Di malam yang sunyi, di bawah gemerlap bulan,
Ada seorang anak, terpaku dalam kehampaan.
Bayangan bulan menyaksikan setiap langkahnya,
Saat cahaya bulan menjadi saksi bisu dalam takdirnya.
Dia berjalan sendiri di lorong-lorong sepi,
Ditelan oleh kegelapan, diabaikan oleh kehidupan.
Bibirnya gemetar, hatinya teriris luka,
Tak ada yang mendengar jeritannya dalam hening malam.
Tak pernah terduga, datanglah para pengganggu,
Dengan senyum sinis dan tatapan tajam mereka.
Mereka memangsa kelemahan, mempermainkan ketakutan,
Mengubah hidupnya menjadi mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.
Dia menjadi target, terikat dalam belenggu rasa takut,
Setiap hari, setiap jam, setiap detiknya penuh dengan duka.
Tapi bulan menyaksikan, dengan penuh kasih dan harap,
Saat cahaya bulan menjadi teman bagi jiwa yang terluka.
Dalam bisu, bulan memberikan semangat pada hatinya,
Menyemangati untuk bangkit, melawan arus kebencian yang menghantui.
Dia memilih berdiri tegak, meski kakinya gemetar lemah,
Dengan bulan sebagai saksi, dia menantang kegelapan yang mengancamnya.
Melangkah maju dengan langkah yang mantap,
Mengubah penderitaan menjadi kekuatan yang tak terbantahkan.
Dia menemukan suaranya, menyuarakan kebenaran,
Membangun jembatan dari puing-puing yang menghantamnya.
Bulan menyinari jalan, memberikan cahaya pada perjuangannya,
Membimbingnya melalui gelap, menjaga langkahnya tetap mantap.
Dia belajar memaafkan, meski luka masih menyisakan bekas,
Dan dengan setiap matahari terbit, dia semakin bercahaya.
Pengganggu perlahan menghilang, tak lagi bersinar terang,
Ketika kebaikan dan keberanian menang atas kejahatan yang mengintai.
Dan di malam yang sunyi, di bawah gemerlap bulan,
Dia menjadi contoh, bahwa kekuatan sejati tak terkalahkan.
Saat cahaya bulan menjadi saksi bisu,
Menyaksikan transformasi dari kegelapan menuju kehidupan yang cerah.
Dan dalam setiap detiknya, cerita ini berkisah,
Tentang bagaimana keberanian dan kasih menang atas kejahatan yang ada.
Tentang Penulis
Raudah lahir di Lok Baintan Dalam pada tanggal 28 September 2001, dan hingga kini masih tinggal di sana. Sebagai seorang yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi, Raudah memiliki harapan yang besar terhadap korban bullying.
Baginya, penting bagi korban bullying untuk terbuka dengan orangtua atau keluarga mereka, sehingga kasus bullying dapat ditindaklanjuti dengan lebih efektif. Lebih lanjut, Raudah berharap bahwa dengan membuka diri, korban bullying dapat merasa didukung dan lebih kuat dalam menghadapi situasi tersebut.
Namun, Raudah tidak hanya berhenti di situ. Dia juga berpendapat bahwa korban bullying seharusnya dapat mengambil “bullying” sebagai penyemangat untuk meraih kesuksesan dan lebih berprestasi. Melalui semangat dan tekad yang kuat, diharapkan korban bullying dapat mengubah pengalaman negatif tersebut menjadi motivasi untuk berkembang dan meraih impian mereka.
Komentar