Zaman terus berubah, lanjutnya, teknologi terus berkembang. Jika seorang pemuda gereja tidak memiliki karakter sebagaimana diinginkan dalam Firman Tuhan, maka zaman akan menggilasnya.
“Jika dahulu saya kebaktian muda-mudi, latihan koor, kami berbincang satu sama lain usai kegiatan. Beda dengan sekarang, teknologi menjauhkan kita. Kita asyik dengan gadged kita, padahal orang disekitar kita kita abaikan,” katanya.
Untuk itu, Sabam berharap, para generasi muda di gereja harus menjadi agen perubahan untuk siap dibentuk sebagai calon pemimpin masa depan.
Bahkan menurut Sabam, saat ini di tengah pandemic covid-19, generasi muda harus melihat peluang untuk memberi yang terbaik di tengah gereja dan masyarakat. Hal itu bisa dicapai dengan memiliki enam pilar karakter yang dirumuskan Jospehson Institute of Ethics yaitu dapat dipercaya (trustworthiness), memiliki rasa hormat (respect), bertanggungjawab (responsibility), adil (fairness), peduli (caring), dan memiliki tanggungjawab sosial (citizenship).
Sebelumnya diadakan Pendalaman Alkitab yang dipimpin oleh Pdt Krimson Simamora,STh yang memaparkan isi kitab Efesus 4 : 15 yang menjadi tema ‘Bertumbuh di Dalam Kristus’.
Kegiatan yang menerapkan protokol kesehatan tersebut juga dihadiri Praeses Distrik XXXI HKBP Medan Utara Pdt Suwandi Sinambela,STh dan Pendeta Resort HKBP Judea Terjun. (red)
Komentar