Nasional Viral
Beranda » Berita » Salat Idul Fitri Dini Jemaah Aolia; Tradisi Berbeda dalam Kebhinekaan

Salat Idul Fitri Dini Jemaah Aolia; Tradisi Berbeda dalam Kebhinekaan

Pada Jumat (5/4), Masjid Aolia Gunung Kidul menjadi saksi pelaksanaan salat Idul Fitri oleh Jemaah Aolia.

Meskipun jadwal salat Idul Fitri jemaah tersebut berbeda dengan penetapan pemerintah, mereka tetap melaksanakannya dengan keyakinan yang kokoh, dilansir dari Insertlive.com.

Jemaah Aolia, dipimpin oleh Kiai Haji Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau yang akrab disapa Mbah Benu, merupakan kelompok yang menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah.

Kisah Tragis Pria Gagal Nikah Akibat Perselingkuhan

Mereka mengikuti dan memegang teguh sunah Nabi serta sunah khulafaurrasyidin setelahnya. Dalam pandangan mereka, salat Idul Fitri lebih awal adalah bagian dari keyakinan yang telah mereka anut sejak lama.

Salah satu hal yang menarik dari Jemaah Aolia adalah keberagaman geografis dan jumlah jemaahnya yang sangat besar.

Mereka tersebar di berbagai daerah, khususnya Jawa Tengah dan DIY, dengan titik-titik kegiatan di beberapa wilayah, seperti Kecamatan Panggang yang memiliki sekitar 10 titik kegiatan jemaah.

Menariknya, Mbah Benu, sebagai pemimpin spiritual jemaah, dikisahkan telah mendapatkan keilmuannya secara Laduni, yakni turun secara tiba-tiba kepada dirinya.

Kisah Galang Rawadhan: Drama Air Mata yang Ternyata Settingan

Cerita-cerita tentang perjalanannya dalam menimba ilmu spiritual, termasuk di pesantren-pesantren terkenal di Indonesia, memberikan warna tersendiri dalam sejarah perjalanan Jemaah Aolia.

Salah satu aspek menarik lainnya adalah pandangan toleransi dan kebebasan beragama yang mereka anut.

Meskipun berpegang pada keyakinan sendiri, Jemaah Aolia tidak pernah menjelekkan pihak lain. Mereka memandang kebebasan beragama sebagai nilai yang harus dijaga dalam keragaman masyarakat Indonesia.

Menurut Mbah Benu, penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan, serta menghindari sikap saling menyalahkan. Sikap ini menjadi salah satu nilai yang diajarkan di Jemaah Aolia. Mereka memahami bahwa dalam memelihara keberagaman, tidak ada tempat untuk rasa marah atau sikap merendahkan sesama manusia.

Dalam konteks kekinian, sikap toleransi dan keberagaman yang dipraktikkan oleh Jemaah Aolia memberikan contoh yang sangat relevan.

Di tengah maraknya isu-isu konflik dan intoleransi, keberadaan kelompok seperti Jemaah Aolia memberikan harapan bahwa perdamaian dan kerukunan antarumat beragama masih mungkin terwujud.

Dalam wawancara dengan putra ketiga Pengasuh Jemaah Aolia, Musa Asigbillah, terlihat bahwa semangat keberagaman dan kedamaian yang mereka anut telah menjadi bagian dari identitas dan tradisi kelompok ini.

Dengan demikian, pelaksanaan salat Idul Fitri lebih awal bukan sekadar kegiatan ibadah, tetapi juga simbol dari nilai-nilai toleransi dan keberagaman yang mereka junjung tinggi.

Dalam dunia yang terus berkembang, di mana perbedaan seringkali menjadi sumber konflik, cerita tentang Jemaah Aolia memberikan inspirasi bahwa harmoni antarumat beragama masih mungkin dicapai melalui penghargaan terhadap perbedaan dan kerja sama dalam kebaikan bersama.

Salat Idul Fitri yang dikerjakan lebih awal oleh Jemaah Aolia mungkin terlihat sebagai tindakan sederhana, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks keberagaman dan toleransi di Indonesia.

Sebagai masyarakat yang hidup dalam negara berdasarkan Pancasila, kita dapat belajar banyak dari praktek-praktek seperti yang dilakukan oleh Jemaah Aolia dalam memelihara kerukunan dan persatuan di tengah perbedaan.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan