Daerah Nasional Peristiwa Sejarah Sosial
Beranda » Berita » Sejarah Revolusi Hijau dan Dampaknya Bagi Indonesia

Sejarah Revolusi Hijau dan Dampaknya Bagi Indonesia

Sumber: detik.com

Revolusi Hijau merupakan tonggak penting dalam sejarah pertanian modern yang mengubah lanskap budidaya makanan secara global. Istilah “Revolusi Hijau” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh ilmuwan seperti Dr. Norman Borlaug, yang dikenal sebagai “Bapak Revolusi Hijau.”

 

Konsep ini mencakup serangkaian inovasi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman secara dramatis melalui penggunaan varietas tanaman yang lebih produktif, pupuk kimia, dan pestisida.

Viral, Wanita Ini Hanya Mau Makan Ikan Kembung karena Dinilai Paling Tampan

 

Revolusi Hijau dimulai sebagai upaya untuk mengatasi krisis pangan yang mengancam sebagian besar dunia pada pertengahan abad ke-20. Populasi dunia yang berkembang pesat membuat kebutuhan akan makanan meningkat secara eksponensial.

 

Sementara itu produksi pertanian tradisional tidak dapat mengimbangi permintaan tersebut. Di sinilah Revolusi Hijau memasuki panggung global dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian dan memerangi kelaparan.

Pengasuh Ponpes di Kubu Raya Diduga Perkosa Santriwati, Sudah Ditahan Polisi

 

Ciri Ciri Revolusi Hijau

 

Salah satu ciri khas Revolusi Hijau adalah penggunaan varietas tanaman hibrida yang lebih produktif. Melalui teknik pemuliaan tanaman, para ilmuwan berhasil mengembangkan varietas padi, gandum, dan jagung yang memiliki potensi hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas sebelumnya.

 

Tanaman-tanaman ini tumbuh lebih cepat, lebih tahan terhadap hama penyakit, dan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang beragam. Selain itu, Revolusi Hijau juga diperkenalkan dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara luas.

 

Pupuk kimia memberikan tanaman nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal, sementara pestisida membantu melawan serangan hama dan penyakit yang dapat mengancam hasil panen. Kedua teknologi ini bekerja bersama-sama untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan.

 

Revolusi Hijau di Indonesia

 

Sementara di Indonesia, revolusi hijau mulai diupayakan di zaman orde baru pada program pembangunan. Saat itu Kabinet Ampera diberi tugas memperbaiki kehidupan rakyat baik itu pada kebutuhan pangan maupun sandang.

 

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pasokan pangan dengan revolusi hijau yang membuahkan hasil berupa swasembada beras untuk lima tahun (1984-1989). Meski swasembada ini tidak berlangsung dalam waktu panjang.

 

Proses revolusi hijau di Indonesia menerapkan 4 hal penting yaitu sistem irigasi untuk penyedia air, penggunaan pupuk secara optimal, penggunaan pestisida berdasarkan tingkat serangan hama, dan penggunaan bahan tanam berkualitas seperti varietas unggul.

 

Dampak Revolusi Hijau

 

Di negara-negara berkembang seperti India, Pakistan, dan Meksiko, produksi padi dan gandum melonjak secara dramatis setelah menerapkan teknik-teknik Revolusi Hijau. Hal ini mengurangi ketergantungan negara-negara tersebut pada impor makanan dan membantu mengurangi tingkat kelaparan di antara penduduknya.

 

Namun, Revolusi Hijau juga menimbulkan kontroversi dan dampak negatif. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam jumlah besar telah menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerusakan tanah dalam jangka panjang. Selain itu, ketergantungan pada varietas tanaman hibrida dapat mengancam keragaman genetik dan keberlanjutan agroekosistem.

 

Seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang Revolusi Hijau terus berkembang. Banyak ilmuwan dan aktivis mulai mencari pendekatan pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengatasi tantangan pangan global.

 

Konsep agroekologi, yang menggabungkan prinsip-prinsip ekologi dalam praktik pertanian, menjadi semakin populer sebagai alternatif untuk Revolusi Hijau yang berfokus pada input kimia. Dengan demikian, Revolusi Hijau tidak hanya mewakili tonggak penting dalam sejarah pertanian modern, tetapi juga memicu perdebatan yang berkelanjutan tentang masa depan sistem pertanian global.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *