Ekbis
Beranda » Berita » Sentimen Geopolitik dan Ekonomi Memengaruhi Pasar Saham dan Nilai Tukar Rupiah

Sentimen Geopolitik dan Ekonomi Memengaruhi Pasar Saham dan Nilai Tukar Rupiah

Grafik pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
Grafik pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Jakarta, HarianBatakpos.com – Berbagai sentimen akan mewarnai perjalanan pasar saham dan nilai tukar rupiah selama lima hari perdagangan ke depan. Sentimen-sentimen ini dapat membuat pasar bergejolak dan penuh volatilitas, yang berdampak pada keputusan investasi. Oleh karena itu, investor perlu mencermati topik yang patut menjadi fokus serta rilis data ekonomi domestik maupun luar negeri untuk memahami dinamika pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Konflik Geopolitik Timur Tengah Memanas

Sentimen pertama berasal dari situasi di Timur Tengah yang semakin membara setelah militer Israel melancarkan serangkaian serangan udara terhadap Iran pada Sabtu (26/10/2024) pagi. Warga yang tinggal di Teheran melaporkan mendengar beberapa ledakan di dalam dan sekitar ibu kota Iran, yang menambah ketegangan di pasar saham global.

Serangan tersebut memicu kekhawatiran masyarakat global akan terjadinya perang yang lebih luas di Timur Tengah, di mana serangan Israel terhadap Hamas di Gaza telah memasuki tahun kedua. Di sisi lain, Israel juga tengah berperang melawan Hizbullah di Lebanon selatan, yang berkontribusi pada ketidakpastian di pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Konflik Iran-Israel Picu Ancaman Ekonomi Indonesia, Harga Energi hingga Rupiah Tertekan

Menanggapi hal ini, Arab Saudi pun telah buka suara untuk menahan diri secara maksimal dan meminta masyarakat internasional agar mengambil tindakan guna meredakan ketegangan dan mengakhiri konflik di kawasan tersebut. Kembali meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah ini tentunya akan memberikan kekhawatiran bagi para pelaku pasar, termasuk investor, untuk berinvestasi di negara-negara dengan risiko tinggi. Bukan tidak mungkin para pelaku pasar akan melakukan aksi profit taking terlebih dahulu hingga berujung keep cash atau mungkin menempatkan dananya ke instrumen investasi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah berperan terhadap lonjakan harga minyak mentah dunia pada minggu lalu. Dilansir dari Refinitiv, harga minyak dunia secara mingguan (WTI) mengalami lonjakan sebesar 3,69% dan Brent melesat 4,09%, yang tentunya juga memengaruhi pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Rilis Tenaga Kerja Amerika Serikat

Sentimen kedua datang dari Amerika Serikat, negara dengan ekonomi terbesar ini akan merilis data jumlah lowongan kerja. Konsensus memperkirakan akan terjadi penurunan jumlah lowongan kerja menjadi sekitar 7,92 juta di tengah data tenaga kerja AS yang tampak sedikit membaik. Data ini dapat berdampak pada stabilitas pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, untuk periode Agustus 2024, jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 329.000 menjadi 8,04 juta. Jumlah lowongan pekerjaan meningkat di sektor konstruksi (+138.000) dan pemerintah negara bagian serta lokal, tidak termasuk pendidikan (+78.000). Namun, lowongan pekerjaan menurun di sektor layanan lainnya (-93.000).

10 Sultan Terkaya di Timur Tengah 2025, Arab Saudi Kuasai Daftar Forbes

Sebagai catatan, indeks ini mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi, yang merupakan indikator terdepan karena dapat memprediksi pengeluaran konsumen. Pembacaan yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih besar, dan ini tentu berpengaruh pada dinamika pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Ekonomi China Jadi Sorotan, Keputusan BoJ Dinantikan

China akan merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufacturing untuk periode Oktober 2024 pada Kamis (31/10/2024). Proyeksinya PMI Manufaktur China akan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1, dari level kontraksi menjadi ekspansif. Jika aktivitas manufaktur China benar-benar pulih, hal ini akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia, yang merupakan mitra dagang utamanya, karena akan kembali menggenjot ekspor dan memperkuat pasar saham dan nilai tukar rupiah.

Selain itu, Bank of Japan (BoJ) juga akan merilis data suku bunga acuannya untuk periode Oktober. Saat ini konsensus menilai bahwa BoJ masih akan kembali menahan suku bunga acuan jangka pendek di sekitar 0,25%. Hal penting lainnya dari BoJ adalah pada saat yang bersamaan akan dirilis laporan prospek kuartalan BoJ yang akan memberikan penilaian terhadap ekonomi Jepang, yang berpotensi memengaruhi pasar saham dan nilai tukar rupiah di kawasan.

.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *