Sentimen Positif Domestik Memperkuat Pasar Obligasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi GlobalEkonom senior Bahana TCW, Emil Muhamad, menyatakan bahwa sentimen positif domestik menjadi penguat bagi pasar obligasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Meskipun ekonomi global masih dibayangi ketidakpastian, potensi obligasi tetap tinggi berkat dukungan dari dalam negeri.
Dari dalam negeri, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan selama 45 bulan berturut-turut, mencatat rekor terpanjang pasca-reformasi. Selama kuartal I 2024, berbagai belanja pemerintah dan masyarakat akan didorong oleh dana perlindungan sosial, kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), dan kenaikan upah minimum regional (UMR).
Dari sisi swasta, respons positif pelaku bisnis terhadap pelaksanaan Pemilihan Presiden RI yang lebih singkat diharapkan mendorong perhitungan kebutuhan pendanaan untuk bisnis mereka. Hal ini berpotensi meningkatkan jumlah penerbitan obligasi korporasi.
Emil menyatakan, “Jumlah penerbitan obligasi korporasi di 2024 diprediksi akan meningkat dibanding 2023.” Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2023, tercatat 107 emisi obligasi korporasi dan sukuk dari 57 perusahaan dengan nilai mencapai Rp117,80 triliun.
Pemerintah juga aktif dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel, mencapai Rp147,42 triliun melalui tujuh seri SBN ritel. Pasar obligasi diperkirakan semakin menarik setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen pada 21 Februari 2024.
“Tahun 2024 akan menjadi tahun penurunan suku bunga yang akan berdampak pada kenaikan daya tarik dan potensi kenaikan pasar obligasi,” tambah Emil. Proyeksi menunjukkan bahwa BI kemungkinan akan memangkas suku bunga setelah The Fed AS memulai program pemotongan suku bunga pada Juli 2024, seiring proyeksi terbaru The Fed yang mencatat tiga kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2024.
Komentar