Sharon Milan, yang diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya, membagikan pengalamannya yang menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman di tengah keluarga suaminya.
Cerita tragis ini terjadi saat mereka sedang berlibur di Bali, ketika suatu masalah sepele memicu kejadian yang menakutkan, dikutip dari Grid.id.
Kejadian tersebut berawal dari situasi yang seharusnya biasa, ketika Sharon meninggalkan charger ponselnya di sebuah kafe.
Namun, kejadian tersebut berujung pada tindakan kekerasan fisik yang ditujukan kepadanya oleh suaminya. Sharon harus menghindar dari serangan tersebut dengan cepat, berlindung di dalam kamar dan mengunci pintu.
Namun, ketakutan Sharon meningkat ketika keluarga besar dari pihak suami berada di luar kamar dan meminta Sharon untuk membuka pintu karena takut pintu kamar akan rusak. Situasi ini membuat Sharon merasa tidak aman, terutama ketika pintu kamar hampir didobrak oleh mereka yang ada di luar.
Sharon juga mengungkapkan bahwa ibu mertuanya tidak melakukan upaya untuk memisahkan anaknya yang hendak menyerangnya.
Bahkan, ibu mertua Sharon memilih untuk masuk ke dalam kamar dan menghindar, daripada membantu melindungi Sharon dari kekerasan yang sedang terjadi.
Kisah tragis ini menyoroti ketidakamanan yang dialami oleh beberapa individu di dalam lingkungan keluarga, di mana tempat yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan dukungan justru menjadi sumber ketakutan dan bahaya.
Keputusan keluarga suami untuk tidak melindungi Sharon dari kekerasan tersebut menggambarkan betapa seriusnya masalah KDRT dan perlunya upaya untuk memberikan perlindungan dan dukungan bagi korban KDRT.
Semoga pengalaman yang dialami Sharon dapat menjadi pelajaran bagi semua orang tentang pentingnya mendukung dan melindungi mereka yang berada dalam situasi yang tidak aman di dalam rumah tangga.
Komentar