Chief Compliance Officer (COO) Reku Robby menyoroti perbedaan signifikan dalam siklus halving Bitcoin tahun 2024 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Robby menekankan bahwa kali ini Bitcoin mencapai harga tertinggi sebelum momen halving terjadi, sebuah fenomena yang jarang terjadi sebelumnya.
Menurut Robby, biasanya Bitcoin mengalami lonjakan harga satu tahun setelah terjadinya halving. Namun, dalam situasi tahun 2024, hal ini terjadi lebih cepat, menyebabkan pasar kripto berada di luar prediksi.
Halving Bitcoin, yang merupakan peristiwa empat tahunan di mana imbalan bagi penambang Bitcoin berkurang setengah setelah menambang 210.000 blok, diprediksi akan terjadi pada bulan April mendatang.
Robby menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga Bitcoin menuju rekor tertinggi baru sebelum momen halving. Salah satunya adalah persetujuan ETF Bitcoin Spot oleh Securities and Exchange Commission (SEC) AS pada bulan Januari 2024 lalu. Menurutnya, ETF tersebut membuka peluang besar bagi investor yang sebelumnya bingung dalam menyimpan aset kripto.
“Dengan adanya ETF Bitcoin Spot, orang mudah menyimpan dan berinvestasi kripto,” kata Robby.
Peningkatan investasi dari institusi besar juga berkontribusi besar terhadap kenaikan harga Bitcoin, menciptakan harapan bahwa institusi di Indonesia juga akan segera terlibat dalam pasar kripto.
Tirta Karma Senjaya, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, menyatakan bahwa dengan semakin banyaknya individu dan institusi yang membeli Bitcoin, suplai Bitcoin semakin terbatas, yang mengakibatkan kenaikan harga.
“Saat ini, pasar kripto juga tengah berada di fase bullish, terlihat pada harga-harga yang cenderung stabil,” ungkap Co-Founder Komunitas BitcoinIndo21 Dimas Surya Alfaruq.
Menghadapi halving Bitcoin, Robby menyarankan para investor untuk mempersiapkan strategi trading dan investasi dengan baik, mengingat potensi peningkatan signifikan dalam harga Bitcoin yang mungkin terjadi setelah halving.
Komentar