Kesehatan
Beranda » Berita » Skizofrenia pada Anak: Fase Perkembangan dan Pentingnya Intervensi Dini

Skizofrenia pada Anak: Fase Perkembangan dan Pentingnya Intervensi Dini

Skizofrenia pada Anak: Fase Perkembangan dan Pentingnya Intervensi Dini
Skizofrenia pada Anak: Fase Perkembangan dan Pentingnya Intervensi Dini

Medan,  HarianBatakpos.com – Ketika mendengar istilah skizofrenia, sering kali kita mengira gangguan mental ini hanya dialami oleh orang dewasa. Namun, kenyataannya, anak-anak juga dapat mengidap skizofrenia, meskipun kasusnya tergolong langka. Menurut Psikiter Forensik Natalia Widiasih Raharjanti, skizofrenia pada anak-anak disebut sebagai Childhood-Onset Schizophrenia.

Gejala yang muncul mirip dengan skizofrenia pada orang dewasa, yang melibatkan gejala positif dan negatif. Gejala positif, seperti halusinasi dan delusi, adalah pengalaman yang “bertambah” pada persepsi anak, seperti mendengar suara atau memiliki keyakinan yang tidak sesuai dengan realitas.

Sementara itu, gejala negatif berupa kehilangan kemampuan, seperti kesulitan dalam berinteraksi sosial atau mengekspresikan emosi, sering kali lebih sulit untuk dikenali pada anak-anak, dilansir dari Kompas.com.

Bakteri Usus Ternyata Bisa Memicu Depresi, Ini Faktanya

Anak dengan skizofrenia juga mengalami penurunan kognitif, seperti gangguan memori atau kesulitan dalam pengambilan keputusan. “Oleh karena itu, anak dengan skizofrenia dapat mengalami kesulitan akademik, isolasi, penarikan sosial, perilaku mengganggu, serta masalah dengan bicara dan bahasa,” ungkap Natalia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mengenali gejala sejak dini.

Skizofrenia Awal Masa Kanak-kanak memiliki prognosis yang buruk karena proses patofisiologi yang lebih lama sebelum gejala muncul. Menurut Natalia, skizofrenia pada anak dapat menyebabkan penurunan fungsional seiring berjalannya waktu, yang terbagi dalam empat fase perkembangan.

Fase pertama adalah fase premorbid, di mana gejala belum terlihat jelas tetapi mungkin ada masalah kecil dalam kemampuan kognitif atau sosial.

Fase kedua, fase prodromal, muncul saat anak mendekati masa remaja. Gejala mulai tampak secara bertahap, seperti penurunan fungsi klinis dan sosial. Fase psikotik ditandai dengan episode psikotik pertama, di mana halusinasi dan delusi menjadi sangat nyata. Jika tidak ditangani, episode psikotik dapat kambuh dan memperburuk kondisi anak.

Inovasi Tes Darah untuk Deteksi Kanker Lebih Awal

Fase terakhir adalah fase residual, di mana anak mungkin stabil tetapi masih menghadapi tantangan kronis dalam fungsi sehari-hari. “Oleh karena itu, intervensi dini dan pengobatan yang efektif dapat berpotensi mengurangi penurunan fungsi tersebut,” tutup Natalia. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami gejala ini agar dapat memberikan dukungan yang tepat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan