JAKARTA, BATAK POS – Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, secara tegas menyuarakan keprihatinannya terhadap program “Food Estate” yang sedang dijalankan pemerintah dalam upaya pengadaan pangan nasional. Dalam debat keempat Pemilu Presiden 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu, (21/1/2024), Muhaimin menilai bahwa program ini tidak hanya mengabaikan petani, tetapi juga menimbulkan konflik agraria dan merusak lingkungan.
“Kita sangat prihatin upaya pengadaan pangan nasional dilakukan melalui food estate,” ujar Muhaimin, yang karib disapa Cak Imin.
Menurutnya, program ini telah meninggalkan masyarakat petani dan adat, menciptakan konflik agraria yang merugikan, dan bahkan berpotensi merusak lingkungan. Sebagai respons, Muhaimin dan calon presiden Anies Baswedan berjanji untuk menghentikan program tersebut jika berhasil memenangkan Pemilu Presiden 2024.
“Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik agraria, dan bahkan merusak lingkungan kita. Ini harus dihentikan,” tutur Muhaimin.
Muhaimin mengutip pernyataan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Menurut Imin, Asy’ari menyebut petani sebagai penolong negeri. Namun, saat ini, negara dan pemerintah dianggap abai terhadap nasib petani dan nelayan.
Muhaimin juga merujuk pada hasil sensus pertanian BPS yang menunjukkan penurunan jumlah petani rumah tangga gurem dalam 10 tahun terakhir.
“Mari kita lihat hasil sensus pertanian BPS yang menunjukkan bahwa 10 tahun terakhir ini telah terjadi jumlah petani rumah tangga gurem, rumah tangga petani gurem berjumlah hampir 3.000.000,” ungkapnya.
Muhaimin memperhatikan ketidakproporsionalan kepemilikan tanah, di mana sejumlah individu memiliki tanah seluas 500.000 hektare sementara sebagian besar petani hanya memiliki setengah hektare tanah.
Meskipun Muhaimin tidak secara eksplisit menyebutkan sosok yang dimaksud, pernyataannya mencerminkan keprihatinan akan kesenjangan tanah yang menciptakan ketidaksetaraan di antara para petani. Dengan demikian, isu konflik agraria dan dampak negatif “Food Estate” menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan terkini terkait pemilihan presiden.**
Komentar