Harianbatakpos.com , JAKARTA – Perang yang telah memasuki bulan kesembilan sejak dimulainya pada 7 Oktober tahun lalu menemukan Tentara Israel dalam keadaan kekurangan personel. Dikabarkan bahwa banyak tentara mengalami tingkat stres yang tinggi bahkan hingga mencapai puncaknya dalam tindakan bunuh diri saat diminta untuk kembali bertugas di Jalur Gaza. Laporan dari Al Jazeera dan Haaretz menyebutkan bahwa beberapa perwira dan tentara telah memilih untuk mengakhiri hidup mereka, bahkan beberapa kejadian terjadi selama pertempuran di sekitar wilayah Gaza.
Pada pertengahan Maret, tentara Israel mengakui adanya krisis kesehatan mental yang signifikan, yang dipicu oleh pertempuran dengan kelompok Perlawanan Palestina di Jalur Gaza sejak dimulainya operasi Banjir Al-Aqsa pada awal Oktober, seperti disadur dari laman detik.com.
Penurunan Semangat Bertugas
Survei internal militer menyatakan bahwa hanya 42 persen perwira tetap yang ingin melanjutkan dinas militer setelah perang di Gaza, menurun dari angka 49 persen pada bulan Agustus sebelumnya. Ini menandakan adanya dampak psikologis yang signifikan dari konflik tersebut.
Selama konflik, 3.763 tentara Israel dilaporkan terluka, dengan 1.902 cedera terjadi sejak dimulainya pertempuran darat pada akhir Oktober. Jumlah korban tewas resmi mencapai 646 tentara dan perwira sejak awal perang, termasuk 294 orang yang tewas dalam pertempuran darat di Gaza. Namun, angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Korban dan Kerugian Manusia
Di sisi lain, krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 37.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 84.000 terluka sejak dimulainya agresi Israel pada Oktober tahun lalu. Mayoritas korban, termasuk yang tewas dan terluka, adalah perempuan dan anak-anak.
Selain korban jiwa, kelaparan akut telah melanda sebagian besar wilayah utara Gaza, menyebabkan kematian warga Palestina, terutama anak-anak. Hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dengan sebagian besar pengungsi mengalami kondisi hidup yang sangat sulit di kota Rafah di selatan Gaza, dekat perbatasan dengan Mesir.
Kondisi psikologis para tentara dan dampak kemanusiaan yang parah ini menyoroti eskalasi konflik yang terus berlangsung di wilayah tersebut. Ketegangan antara Israel dan kelompok-kelompok Palestina yang didukung oleh Iran masih memuncak, meninggalkan dampak yang merugikan bagi kedua belah pihak serta masyarakat di sekitarnya.
Dengan demikian, perang yang telah memasuki bulan kesembilan terus menelan korban dan meninggalkan luka yang dalam, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional dan psikologis, baik bagi para tentara Israel maupun warga Palestina.
Komentar