Medan, HarianBatakpos.com – Dinas Penjara Israel baru-baru ini menerbitkan foto-foto tahanan Palestina yang dipaksa mengenakan kemeja bertuliskan, “Kami tidak melupakan, dan kami tidak memaafkan.” Tindakan ini bukan hanya sekadar simbol, melainkan cerminan dari situasi yang lebih besar yang dihadapi oleh warga Palestina. Mohamad Elmasry, seorang profesor media di Institut Studi Pascasarjana Doha, menyebut foto-foto tersebut “menakjubkan” dan menunjukkan metode Israel untuk “merendahkan martabat” warga Palestina.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Elmasry menyoroti bahwa 333 warga Palestina yang dibebaskan belum mendapatkan dakwaan apapun. Ini menunjukkan bahwa mereka, menurut pengakuan Israel sendiri, tidak melakukan kejahatan. Situasi ini mencerminkan pelanggaran hak asasi manusia yang terus berlangsung di penjara Israel, di mana ribuan warga Palestina lainnya juga ditahan tanpa proses hukum yang jelas, dilansir dari sindonews.com.
Kondisi fisik para tahanan yang baru dibebaskan sangat memprihatinkan. Banyak dari mereka dibawa ke rumah sakit setelah mengalami kekurangan gizi dan perlakuan buruk selama penahanan. Mereka mengungkapkan bahwa selama 15 bulan terakhir, mereka tidak diberi akses pada produk kebersihan dan hanya diizinkan mandi setiap 10 hari. Kesehatan mereka memburuk akibat kekurangan perawatan yang memadai dan penganiayaan yang dialami.
Sultan Barakat, profesor studi konflik di Universitas Hamad Bin Khalifa, menambahkan bahwa negosiasi untuk tahap kedua perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan dimulai. Namun, proses ini tampaknya terhambat oleh dinamika politik yang kompleks.
Dengan realitas yang dihadapi oleh tahanan Palestina, ungkapan “kami tidak melupakan, dan kami tidak memaafkan” menjadi lebih dari sekadar kata-kata. Ini adalah seruan untuk keadilan dan pengakuan atas pelanggaran yang telah terjadi. Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat internasional untuk terus memperhatikan dan mendukung hak-hak manusia bagi semua warga Palestina.
Komentar