Medan, HarianBatakpos.com – Dua sajian kuliner tradisional dari Indonesia baru-baru ini mencuri perhatian dunia usai masuk dalam daftar makanan terburuk di dunia versi Taste Atlas. Daftar ini dirilis pada Rabu (8/1) dan menyajikan 100 makanan dari berbagai negara yang dinilai kurang disukai oleh para pecinta kuliner global.
Penilaian mengenai makanan terburuk di dunia ini dibuat berdasarkan ulasan netizen yang mencapai lebih dari 385 ribu suara. Dari hasil suara tersebut, dua makanan asal Indonesia berhasil masuk ke dalam daftar yang kurang menguntungkan tersebut.
Makanan pertama adalah tinutuan, bubur khas Manado, Sulawesi Utara, yang menempati posisi ke-16 dalam daftar makanan terburuk di dunia. Tinutuan merupakan bubur beras dengan campuran aneka sayuran seperti bayam, labu, singkong, dan jagung. Biasanya, bubur ini disajikan dalam mangkuk bersama ikan asin dan sambal sebagai menu sarapan.
Awalnya, tinutuan merupakan makanan vegetarian. Namun, dalam beberapa acara tertentu, masyarakat juga menambahkan daging ke dalam bubur ini. Sayangnya, menurut Taste Atlas, tinutuan hanya memperoleh rating 2,3 bintang dari 5—angka yang cukup rendah untuk kategori makanan khas daerah.
Makanan kedua yang juga masuk daftar adalah paniki, kuliner khas dari Sulawesi Utara yang menggunakan daging kelelawar sebagai bahan utama. Dalam proses pembuatannya, kelelawar dipanggang terlebih dahulu untuk menghilangkan bulunya, lalu dibersihkan, dipotong kecil-kecil, dan direbus.
Hidangan ini disempurnakan dengan tambahan rempah-rempah seperti bawang putih, jahe, cabai, daun kari, serai, dan santan. Paniki biasanya disajikan bersama seporsi nasi putih dan dikenal sebagai makanan beraroma kuat dan bercita rasa ekstrem. Hidangan ini menduduki posisi ke-36 dalam daftar makanan terburuk di dunia versi Taste Atlas.
Berikut ini daftar 20 besar makanan terburuk di dunia menurut Taste Atlas:
-
Blodpalt (Finlandia)
-
Bocadillo de sardinas (Spanyol)
-
Calskrove (Swedia)
-
Angulas a la cazuela (Spanyol)
-
Jellied eels (Inggris)
-
Ramen burger (Amerika Serikat)
-
Chapalele (Chili)
-
Faves a la Catalana (Spanyol)
-
Thorramatur (Islandia)
-
Kaeng tai pla (Thailand)
-
Hon mhai (Thailand)
-
Danhuang fianrong yuebing (China)
-
Svio (Islandia)
-
Ambuyat (Brunei Darussalam)
-
Nervetti (Italia)
-
Tinutuan (Indonesia)
-
Marmite and chip sandwich (Selandia Baru)
-
Moelas (Portugal)
-
Heusuppe (Swiss)
-
Frog eye salad (Amerika Serikat)
Meski dua makanan khas Indonesia masuk dalam daftar makanan terburuk di dunia, keduanya tetap memiliki penggemar tersendiri di dalam negeri. Cita rasa lokal yang unik justru menjadi ciri khas dan daya tarik tersendiri bagi para penikmat kuliner tradisional.
Komentar