Uncategorized
Beranda » Berita » Tradisi Sewu Sempol: Menyambut Ramadhan di Kudus

Tradisi Sewu Sempol: Menyambut Ramadhan di Kudus

Ilustrasi
Ilustrasi

Medan,  HarianBatakpos.com – Tradisi Sewu Sempol merupakan salah satu ritual khas yang dilakukan oleh warga Kudus untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Dalam tradisi ini, warga berkumpul di kawasan makam Dewi Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, membawa sempol atau paha ayam sebagai bentuk sedekah. Aktivitas ini dihadiri oleh seribuan warga, yang semuanya berharap agar Ramadhan dapat dilalui dengan lancar dan penuh berkah.

Makna Tradisi Sewu Sempol

Sewu Sempol bukan sekadar tradisi, tetapi juga sarana untuk mendoakan arwah leluhur. Warga percaya bahwa dengan bersedekah dan mengirim doa kepada leluhur, mereka akan mendapatkan perlindungan dan kemudahan dalam menjalani ibadah puasa. Dalam konteks ini, tradisi Sewu Sempol menjadi pengikat sosial yang memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakat Kudus, dilansir dari detik.com.

Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu peserta, “Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur dan harapan kami agar Ramadhan kali ini membawa berkah.” Melalui ritual ini, warga Kudus menunjukkan komitmen mereka terhadap nilai-nilai spiritual dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.

Apa Benar Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?

Keterikatan dengan Budaya Lokal

Tradisi Sewu Sempol mencerminkan kearifan lokal yang telah ada sejak lama. Setiap tahun, ritual ini menjadi momentum bagi warga untuk berkumpul dan berbagi, baik secara fisik maupun spiritual. Selain itu, kegiatan ini juga mengajak generasi muda untuk mengenal dan melestarikan tradisi yang menjadi bagian dari identitas daerah.

Dengan demikian, Sewu Sempol bukan hanya cara untuk menyambut Ramadhan, tetapi juga upaya untuk menjaga dan meneruskan budaya lokal yang berharga. Keterikatan ini penting agar nilai-nilai luhur tetap hidup dalam masyarakat.

Tradisi Sewu Sempol di Kudus adalah manifestasi dari rasa syukur dan harapan masyarakat dalam menyambut Ramadhan. Melalui ritual ini, warga tidak hanya mendoakan leluhur, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan budaya mereka. Semangat ini menjadi dasar untuk menjalani bulan suci dengan penuh keberkahan.

Polisi Gagalkan Peredaran SIM Palsu di Medan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *