Tercatat sejumlah kecelakaan pesawat terparah di dunia, sejak jalur udara menjadi salah satu jalur transportasi massal bagi warga dunia.
Ratusan nyawa melayang dalam sekejap, akibat kecelakaan yang melibatkan moda transportasi tercanggih di dunia ini. Hampir setiap negara pernah mengalami kecelakaan pesawat.
Turkish Airlines Flight 981
Turkish Airlines Penerbangan 981, sebuah penerbangan yang beroperasi dengan jadwal reguler dari Bandara Yesilköy Istanbul ke Bandara Heathrow London dengan singgah di Paris di Bandara Orly, mengalami insiden tragis pada 3 Maret 1974.
Pesawat McDonnell Douglas DC-10 yang terlibat dalam penerbangan tersebut menabrak hutan Ermenonville di luar Paris, mengakibatkan hilangnya 346 orang di dalamnya. Saat itu, kecelakaan ini menandai kecelakaan pesawat paling dahsyat dalam sejarah penerbangan.
Saat ini, kecelakaan tersebut masih memegang posisinya sebagai kecelakaan pesawat paling mematikan keempat yang pernah tercatat, kecelakaan pesawat paling mematikan kedua tanpa korban selamat, kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan tanpa korban selamat, serta kecelakaan penerbangan terparah kedua yang pernah terjadi di Eropa.
Air India Flight 182
Air India dengan nomor penerbangan 182 adalah bagian dari rute Air India dari Vancouver ke Toronto, Montreal, London, dan Delhi.
Pada 23 Juni 1985, saat terbang di ketinggian 31.000 kaki (9.400 m), pesawat Boeing 747-237B dihancurkan oleh sebuah bom. Insiden tersebut terjadi di wilayah udara Irlandia, menyebabkan pesawat tersebut jatuh ke Samudera Atlantik.
Peristiwa ini menandai pengeboman pertama pesawat 747 jumbo jet. Ledakan bom mengakibatkan hilangnya 329 nyawa, termasuk 268 warga negara Kanada, 27 warga Inggris, dan 24 warga India.
Khususnya, insiden ini berdiri sebagai pembunuhan massal terbesar dalam sejarah Kanada dan merupakan serangan teroris paling mematikan yang melibatkan pesawat hingga peristiwa tragis 11 September 2001. Selain itu, kecelakaan ini tetap menjadi pengeboman pesawat paling mematikan.
Japan Airlines Flight 123
Pada 12 Agustus 1985, kecelakaan penerbangan paling mematikan kedua dalam sejarah terjadi ketika Japan Airlines Flight 123 menabrak lereng gunung setelah kehilangan kendali.
Pesawat berangkat dari Bandara Haneda di Tokyo, Jepang, menuju Osaka. Sekitar 12 menit setelah lepas landas, sekat tekanan buritan pecah di area yang telah diperbaiki maskapai bertahun-tahun sebelumnya.
Pecahnya terjadi pada ketinggian 24.000 kaki dan menyebabkan dekompresi kabin yang cepat. Tiga puluh dua menit setelah dekompresi, pesawat menabrak pegunungan dengan kecepatan 340 knot. Kecelakaan itu menewaskan 505 penumpang dan 15 anggota awak. Empat orang selamat dari kecelakaan itu, dekat dengan area ekor yang terlepas.
Kecelakaan Bandara Tenerife
Kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam sejarah sebenarnya terjadi saat berada di darat, bukan di udara. Pada tahun 1977, dua pesawat penumpang Boeing 747 yang terisi penuh bertabrakan di tengah landasan pacu di Pulau Tenerife, menewaskan 583 orang.
Seharusnya tidak ada pesawat yang berada di bandara ini, tetapi aktivitas teroris di bandara asli mengalihkan kedua pesawat ke Bandara Los Rodeos di Kepulauan Canary.
Kabut tebal, gangguan pemancar, dan miskomunikasi antara pilot dan pusat kendali mengakibatkan KLM 4805 lepas landas tanpa izin, sedangkan Pan Am 1736 masih berada di landasan, di pintu keluar yang salah karena pilot tidak dapat membaca tanda-tanda dalam kabut.
Beberapa kesalahan menghasilkan efek domino yang mengakibatkan tabrakan hampir langsung, menewaskan semua orang di KLM dan 326 dari 380 penumpang di Pan Am. Itu tetap sebagai kecelakaan maskapai dengan jumlah kematian tertinggi dalam sejarah global.
Tragedi kecelakaan pesawat diatas adalah peristiwa paling mengguncang dan memilukan dalam sejarah penerbangan. Dengan meninggalkan jejak yang mendalam dalam industri penerbangan, insiden ini terus mengingatkan kita akan pentingnya pelatihan, komunikasi yang efektif, dan teknologi keselamatan dalam mencegah kecelakaan yang mengakibatkan kerugian besar seperti ini.
Komentar