Harianbatakpos.com, JAKARTA – Pada Senin (28/5/2024), Uni Eropa sepakat untuk mengaktifkan kembali misi sipil mereka di Rafah, sebuah kota di Jalur Gaza selatan yang berbatasan dengan Mesir.
Kesepakatan ini disampaikan oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang menyatakan bahwa persetujuan dari semua pihak terkait diperlukan untuk melanjutkan kebijakan luar negeri blok tersebut.
Melansir dari Reuters, Borrell, yang berbicara dalam pertemuan bulanan para menteri luar negeri Uni Eropa, menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan klaim antisemitisme terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk tujuan politik pribadinya.
Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa (EUBAM) Rafah, yang telah tidak beroperasi sejak 2007 ketika kelompok militan Hamas menguasai penuh Gaza.
Penyeberangan Rafah merupakan pintu masuk utama bantuan dari Mesir dan telah ditutup sejak pasukan Israel mengambil kendali dari pihak Gaza hampir tiga minggu yang lalu. “Mereka memberi saya lampu hijau politik untuk mengaktifkan kembali EUBAM, misi kami di Rafah.
Ini bisa memainkan peran yang berguna dalam mendukung masuknya orang ke Gaza, masuk dan keluar,” kata Borrell kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, seperti dilansir dari KONTAN.CO.ID.
Para menteri Arab turut serta dalam pembicaraan ini. Namun, Borrell menambahkan bahwa tindakan ini harus dilakukan sesuai dengan keputusan dari Otoritas Palestina, Mesir, dan Israel.
“Kami tidak akan melakukan ini sendirian. Kami bukan pihak luar yang bertanggung jawab atas keamanan di perbatasan. Kami bukan perusahaan keamanan,” katanya. Blok tersebut juga akan menyiapkan rencana teknis untuk saat ini.
Para diplomat mengindikasikan bahwa misi tersebut tidak mungkin dilakukan sebelum permusuhan di Rafah berhenti. Serangan udara Israel yang terjadi pada hari Minggu menewaskan sedikitnya 45 warga Palestina di tenda-tenda pengungsi dan melukai puluhan lainnya di Rafah.
Serangan ini memicu protes dari para pemimpin global. Borrell menuduh Israel terus melanjutkan aksi militernya di Gaza selatan meskipun ada keputusan dari ICJ.
Berbicara dengan para menteri dari Arab Saudi, Qatar, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab, Borrell menyatakan bahwa kedua pihak akan melihat kemungkinan untuk menggabungkan upaya mereka dalam mengadakan konferensi bersama tentang bagaimana menerapkan perjanjian solusi dua negara.
Keputusan untuk mengaktifkan kembali misi EUBAM Rafah ini dianggap penting dalam konteks upaya internasional untuk meredakan ketegangan di Gaza dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke wilayah tersebut.
Uni Eropa berencana untuk memfasilitasi masuk dan keluarnya bantuan serta orang-orang dari Gaza melalui penyeberangan Rafah yang telah lama menjadi jalur penting bagi bantuan kemanusiaan dari Mesir.
Namun, misi ini harus mendapatkan persetujuan dari Otoritas Palestina, Mesir, dan Israel untuk dapat berjalan dengan efektif. “Kami tidak akan mengambil alih tanggung jawab keamanan di perbatasan,” tegas Borrell, menggarisbawahi bahwa Uni Eropa tidak bermaksud menjadi perusahaan keamanan tetapi lebih sebagai fasilitator bantuan kemanusiaan.
Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel pada hari Minggu telah menewaskan banyak warga sipil Palestina dan memicu kemarahan dari berbagai pemimpin dunia. Josep Borrell menuduh Israel terus melanjutkan serangan meskipun ada keputusan dari Mahkamah Internasional (ICJ) yang meminta penghentian ofensif militer di Gaza selatan.
Dalam pertemuan dengan para menteri dari negara-negara Arab, Borrell menyatakan bahwa ada potensi untuk mengadakan konferensi bersama yang bertujuan untuk membahas implementasi solusi dua negara. Langkah ini dianggap penting untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut.
Misi EUBAM Rafah, yang sebelumnya dihentikan pada tahun 2007, diharapkan dapat memainkan peran signifikan dalam memastikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang saat ini sangat dibutuhkan.
Situasi di Gaza semakin memburuk akibat blokade dan serangan yang terus berlanjut, sehingga bantuan internasional menjadi krusial bagi warga sipil yang terdampak.
Uni Eropa, melalui upaya ini, berusaha untuk menunjukkan komitmennya dalam mendukung perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Namun, keberhasilan misi ini sangat bergantung pada kerjasama dari semua pihak terkait, termasuk Israel, Otoritas Palestina, dan Mesir.
Dengan langkah ini, Uni Eropa berharap dapat membantu meredakan ketegangan dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat sampai ke mereka yang membutuhkan di Gaza. Misi ini diharapkan tidak hanya membawa bantuan fisik tetapi juga harapan bagi penduduk Gaza yang telah lama menderita akibat konflik berkepanjangan.
Komentar