Medan, HarianBatakpos.com – Sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan anak-anak di Republik Demokratik Kongo yang fasih berbahasa Indonesia. Fenomena ini menarik perhatian banyak orang, terutama mengingat konteks sosial dan politik yang kompleks di negara tersebut. Video ini menampilkan anak-anak yang menjajakan buah nanas kepada tentara Indonesia yang bertugas sebagai pasukan perdamaian.
Anak-anak Kongo yang Fasih Berbahasa Indonesia
Dalam video tersebut, anak-anak tersebut terlihat menjelaskan harga nanas yang mereka jual. “Harganya ini 1500 (Franc Kongo atau CDF), yang ini 1000 Franc. Mahal atau murah?” kata mereka, dengan percaya diri menggunakan bahasa Indonesia. Interaksi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan bahasa mereka, tetapi juga menggambarkan bagaimana pengaruh budaya dapat melintasi batas geografis, dikutip dari kompas.com.
Sang perekam, yang merupakan tentara perdamaian, bertanya tentang nama buah tersebut di Kongo. Anak itu dengan cepat menjawab, “Nanasi. Apa namanya kalau di Indonesia?” Respons ini menunjukkan kemampuan komunikasi yang luar biasa dan ketertarikan anak-anak tersebut terhadap bahasa asing.
Video ini juga menampilkan anak-anak lainnya yang mampu memperkenalkan diri dalam bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa ini bukanlah hal yang jarang di kalangan mereka. Usia mereka yang masih muda, setara dengan pelajar SMP, semakin menambah nilai dari fenomena ini.
Dampak Sosial dan Budaya
Fenomena anak-anak Kongo yang fasih berbahasa Indonesia ini membuka diskusi lebih luas tentang pengaruh globalisasi dan interaksi sosial di tengah konflik. Meskipun negara mereka menghadapi tantangan, mereka tetap berusaha untuk belajar dan beradaptasi. Viralitas video ini di TikTok menunjukkan bahwa budaya dan bahasa dapat saling berinteraksi, meskipun dalam situasi yang sulit.
Dengan demikian, fenomena ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah pengingat akan kekuatan bahasa dalam menjembatani perbedaan budaya. Video ini menjadi simbol harapan di tengah ketidakpastian, menunjukkan bahwa meskipun berada di tengah konflik, anak-anak tetap memiliki semangat untuk belajar dan berkomunikasi.
Komentar