Medan, HarianBatakpos.com – Isu korupsi di sektor energi, khususnya kasus yang melibatkan Riva Siahaan, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, telah menjadi sorotan publik. Kasus ini menyangkut dugaan pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite menjadi Pertamax yang merugikan banyak konsumen. Praktik ini tidak hanya mencoreng reputasi Pertamina, tetapi juga menimbulkan kemarahan di kalangan pengguna Pertamax yang merasa dirugikan.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan Riva Siahaan dan sejumlah tersangka lainnya mengenakan rompi tahanan. Momen ini menciptakan reaksi beragam dari netizen, salah satunya adalah video editan yang menunjukkan Riva meminum cairan bertuliskan “Pertalite”. Hal ini menambah luka di hati konsumen yang sudah merasa dirugikan oleh tindakan korupsi ini.
Kejaksaan Agung telah menetapkan Riva Siahaan dan beberapa orang lainnya sebagai tersangka dalam skandal ini, yang diperkirakan merugikan negara hingga Rp193,7 triliun. Penetapan tersangka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah tata kelola BBM di Pertamina dan dampak negatifnya terhadap ekonomi negara.
Skandal Oplosan BBM yang Mengguncang Pertamina
Dalam konteks ini, PT Pertamina (Persero) membantah tudingan adanya pengoplosan BBM. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamax yang beredar di masyarakat sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Namun, bantahan ini tampak tidak cukup untuk meredakan kemarahan publik.
Ketidakpuasan konsumen dan masyarakat umum terhadap kasus ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap lembaga publik, terutama yang berhubungan dengan sumber daya alam, sedang dalam titik terendah. Masyarakat berharap agar kasus ini diusut tuntas dan para pelaku korupsi mendapatkan sanksi yang sesuai.
Kita semua harus menyadari pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya alam. Kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak ada lagi praktik korupsi yang merugikan masyarakat, dikutip dari liputan6.com.
Komentar