Tapsel-BP : Wakil Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel) H Aswin Efendi Siregar menghadiri Rapat Kerja Nasional dan Lokakarya Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) yang bekerjasama dengan Yayasan Bina Profesi Penyuluh (YBPP) yang mengusung tema ‘Memantapkan Peran Perhiptani Dalam Percepatan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani Untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Petani’ bertempat di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Rabu (30/10-2019).
Gubernur Kalimantan Timur selaku Ketua Umum DPP Perhiptani Dr Ir H Isran Noor MSi dalam sambutannya mengatakan penyuluh pertanian harus memiliki semangat juang, dinamis dan mampu berinovasi dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sektor pertanian. Penyuluh sebagai pendamping para pelaku utama (petani/nelayan) harus mampu mencari solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri.
“Penyuluh selayaknya juga harus memiliki semangat juang yang kuat dan dinamis serta berinovasi sehingga mampu menjawab tantangan dan perubahan,” kata Isran.
Sedangkan Wabup H Aswin Efendi Siregar yang juga selaku Wakil Ketua DPD Perhiptani Provinsi Sumatera Utara menjelaskan kondisi dan kegiatan sektor pertanian saat ini banyak menghadapi tantangan dan permasalahan bahkan perubahan-perubahan. Maka itu kemampuan atau semangat juang menjadi modal besar bagi penyuluh untuk maju serta melakukan tugas pokoknya dalam pendampingan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
“Kemampuan berinovasi atau melakukan terobosan-terobosan agar permasalahan yang dihadapi tidak saja didapati solusinya tetapi mampu meningkatkan produksi dan produktivitas usaha pertanian. Penyuluh menjadi contoh di lingkungannya terutama maju dalam usaha pertanian sehingga membangkitkan semangat dan jiwa kewirausahaan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian RI DR Ir Yasir Limpo SH, MH dalam arahannya mengatakan jadikan Dunia Pertanian menjadi Komando Strategis Pertanian.
“Kita akan melakukan IT yang kuat. Penyuluh rata-rata mempunyai uang karenanya penyuluh harus menjadi Komando Managerial,” ujarnya.
Ditambahkan Menteri Pertanian bahwa petani malas mau di subsidi, bila hasil atau Produktifitas rendah, tidak perlu di subsidi. Tapi bila hasil di atas 7 ton baru di subsidi.
“Diharapkan Cost Produksi (Biaya Produksi) turun atau rendah, baru bisa bersaing terhadap nilai atau harga jual,” jelasnya.
Dikatakan juga bahwa cost produksi harus lebih kecil dibanding harga jual. Jadi mengapa India bisa ucap Menteri Pertanian bertanya. Kemudian bagaimana bisa data pertanian beda dengan data lintas sektoral lainnya.
“Bangun impianmu, agar bisa menjadi kenyataan. Penyuluh harus kaya, petani harus tangguh. Dan penyuluh harus tetap bermitra secara aspiratif, persuasif, kondusif kepada para petani,” tegas Menteri Pertanian RI.
Rakernas Perhiptani juga menggelar Lokakarya yang bekerjasama dengan Yayasan Bina Profesi Penyuluh (YBPP) dengan narasumber Prof Dr Bungaran Saragih dan Badan Penyuluh Pertanian Kementan. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari yakni 29 sampai 30 Oktober 2019 diikuti pengurus DPW Perhiptani dan stakeholders di seluruh Indonesia. (BP/SP1)
Komentar