Medan, HarianBatakpos.com – Noise-cancelling, teknologi yang meredam suara bising dari luar, semakin populer di kalangan generasi muda. Namun, penggunaan berlebihan teknologi ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap perkembangan kemampuan pendengaran.
Dampak Noise-Cancelling Terhadap Otak
Studi terbaru mengindikasikan bahwa ketergantungan berlebihan pada perangkat peredam bising dapat mengganggu proses alami otak dalam memfilter dan memproses informasi suara dari lingkungan sekitar. Mengutip dari British Academy of Audiology, keterampilan mendengarkan pada manusia terus berkembang hingga akhir masa remaja. Penggunaan noise-cancelling secara berlebihan berpotensi menghambat perkembangan natural kemampuan otak untuk membedakan dan memilah berbagai jenis suara dalam situasi bising, dilansir dari Kompas.com.
Gangguan Pemrosesan Auditori: Tren Meningkat
Fenomena gangguan pemrosesan auditori menjadi perhatian serius para peneliti kesehatan pendengaran. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan mengidentifikasi dan memahami suara spesifik dalam lingkungan dengan beragam sumber suara, meskipun hasil tes pendengaran dasar menunjukkan fungsi normal. Laporan dari sejumlah rumah sakit di Inggris mencatat tren peningkatan kasus gangguan pendengaran pada kelompok usia muda. Pasien-pasien ini umumnya tidak menunjukkan kerusakan fisik pada organ pendengaran, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami percakapan atau mengenali suara tertentu dalam situasi bising.
Ketergantungan pada Noise-Cancelling: Perilaku yang Mengkhawatirkan
Penelitian yang dilakukan Sonarworks mengungkap bahwa hampir 50 persen milenial dan lebih dari 25 persen Gen Z menggunakan telepon tanpa memainkan musik, semata-mata hanya untuk meredam suara lingkungan. Data ini menunjukkan pergeseran pola perilaku yang mengarah pada ketergantungan terhadap teknologi peredam bising untuk menciptakan lingkungan yang terisolasi secara auditori.
Risiko Isolasi Auditori
Para pakar neurologi menjelaskan bahwa otak membutuhkan paparan terhadap berbagai jenis suara lingkungan untuk mengembangkan kemampuan pemrosesan auditori yang optimal. Proses alami ini melibatkan pengaktifan jaringan saraf yang bertanggung jawab dalam membedakan suara penting dari latar belakang bising. Ketika teknologi noise-cancelling secara konsisten menghilangkan suara-suara tersebut, jaringan saraf ini tidak mendapat stimulasi yang cukup untuk berkembang secara optimal. Dari perspektif neurosains, isolasi auditori yang berkelanjutan dapat memengaruhi perkembangan korteks auditori, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses informasi suara.
Plastisitas Otak dan Adaptasi
Plastisitas otak, terutama pada usia muda, membuat adaptasi terhadap lingkungan dengan menguatkan koneksi saraf yang sering digunakan dan memangkas yang jarang dipakai. Ketika seseorang terbiasa dengan lingkungan yang sunyi berkat noise-cancelling, kemampuan memproses informasi dalam situasi bising dapat berkurang secara bertahap.
Komentar